Faradita - Bab 24

2.2K 416 106
                                    

Aku nggak sempet ngedit...
But please enjoy🌹

Kai menyimpan cangkir teh hangatnya di atas meja belajar, tepat di sebelah selembar kertas yang semalam dia baca. Di bagian paling atas kertas itu tertulis 'Comunity Service' sebagai judul besar beserta tiga sub-judul di bawahnya yang memuat informasi tentang waktu, lokasi, serta intruksi singkat mengenai kegiatan pengabdian masyarakat tersebut.

Kai mengetuk-ngetuk permukaan kertas itu. Pengabdian masyarakat. Menarik. Di sekolah lamanya tidak ada program semacam ini di jenjang sekolah menengah. Papinya benar, NIIS memiliki cukup banyak program yang menarik. Salah satunya program saturday event—aktivitas luar sekolah, yang memiliki banyak tema kegiatan ini. Setelah bulan sebelumnya para murid dibawa untuk menjadi relawan di tempat penampungan hewan, bulan ini tim sekbid Humas sekolah mengagendakan murid-muridnya agar bisa menyumbangkan jasa mereka di tengah pengabdian masyarakat.

Oke. Kai rasa sekolah barunya ini tidak terlalu buruk juga—terlepas dari skandal tidak biasa yang terjadi beberapa hari sebelumnya, beberapa hal mengejutkan dari NIIS nyatanya tidak selalu negatif.

"Kai?" Kai meninggalkan kertas di atas meja belajar itu untuk melihat Nai yang sedang bersandar di ambang pintu kamarnya. "Nanti kita berangkat setengah delapanan aja, ya? Ada yang harus gue siapin dulu di sekolah bareng yang lain."

Kai melirik jam dinding. 6.45. "Oke. Lo udah bangunin Zai belum? Dia siap-siapnya lama, bangunin dari sekarang aja."

Tangan Nai yang tengah memegang roll rambut mengibas. "Zai nggak akan berangkat bareng kita. Udah punya sopir pribadi tuh anak, gaya banget. Lagian kayaknya dia langsung berangkat ke lokasi, nggak bakalan ke sekolah dulu," ujarnya sambil berlalu dari teritorial kamar sang Kakak tanpa berniat menunggu jawaban.

Kai hanya menjawab dengan kedikan bahu ringan.

Setelah Nai berlalu, tanpa bisa Kai cegah matanya mengarah ke tempat dimana meja belajarnya berada. Bukan pada kertas yang sejak tadi menjadi titik fokusnya, melainkan pada vas bunga yang di dalamnya terdapat bunga mawar plastik yang sudah tiga tahun ini menghiasi sudut mejanya.

Eventually they decided to end up together.

Setelah melalui fase denial, Kai rasa Zai akhirnya sadar bahwa apa yang diinginkan adiknya itu ternyata sama dengan apa yang diinginkan Gish. Kai tahu bagaimana Zai—Kai memang kadang sering melewatkan detail-detail kecil yang bisa  membuat orang lain berpikir kalau dirinya tidak peka... tapi Kai juga merupakan pengamat yang cukup baik. Dia tidak pernah melewatkan detail-detail penting.

Faradita; The Moment We Meet, We Fall.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang