Pegangan Kai pada ponsel di tangan mengerat, hingga buku-buku jarinya memutih. Kepalanya menunduk, mengarah pada layar benda elektronik itu dan mencoba tak memedulikan bisikan-bisikan yang mulai riuh di sekitarnya. Ponselnya beberapa kali berbunyi karena panggilan masuk dan rentetan pesan yang tak berhenti datang bergantian dari Nai dan Zai sejak lima menit terakhir. Sejak Reports mengunggah berita baru yang membuat eksistensi Kai di kelasnya mendadak menjadi sangat jelas dan perlu diperbincangkan.
Ibu jari dan telunjuknya bergerak di atas layar ponsel yang menyala, mencoba memperbesar foto yang tampil di sana. Diarahkannya ke kanan dan ke kiri hanya untuk semakin menyadari bahwa gadis yang ada di dalam berita itu memanglah dirinya.
Sedang berdiri bersandar pada dinding di belakang dengan posisi kepala miring ke salah satu sisi, tertangkap cukup jelas oleh kamera yang entah diambil darimana dan oleh siapa. Di hadapannya ada sesosok punggung lebar—terlalu lebar untuk ukuran punggung Gish yang sebenarnya, yang sedang menunduk dalam, posisi kepalanya miring ke sisi yang berlawanan dengan Kai. Sosok itu berdiri membelakangi kamera sehingga wajahnya tidak terekspos sama sekali.
Kai yakin sekali tidak akan ada yang mengenali cowok itu sebagai Gish Baskara karena tubuh bagian belakang cowok di dalam foto telah melalui proses editing sedemikian rupa sehingga tidak ada kemiripan antara dia dengan Gish yang biasa orang-orang lihat.
Kalau Gish tidak banyak tingkah, bisa mengunci mulutnya sendiri, dan balik badan dari keterkaitan dirinya dengan berita di Reports siang ini... Gish bisa dengan mudah melakukannya. Tidak ada yang akan mencurigainya. Si pengunggah jelas-jelas tidak berani mencari masalah dengan Gish—dilihat dari usahanya mengedit foto sedemikian rupa agar bisa menyembunyikan identitas bungsu Baskara agar namanya tidak ikut terseret. Namanya akan tetap bersih.
Dan Kai tentunya tidak akan merepotkan diri dengan berkoar-koar tentang siapa yang bersamanya sore itu. Ia tidak ingin menambah bahan gosip ke telinga semua orang.
Tujuan berita itu disebar jelas sekali; untuk mempermalukan dirinya. Dua kali dengan cara yang sama. Tidak perlu menjadi orang jenius untuk tahu apa yang sedang Kai dan cowok di foto lakukan dalam posisi se-provokatif itu.
Pop-up pesan dari Zai muncul di atas layar ponsel Kai.
'Jangan kemana-mana! Gue sama Nai ke kelas lo sekarang.'
Begitu katanya.
Kai tidak begitu mengindahkan pesan itu, ia kembali menekuri layar ponselnya yang masih menampilkan halaman utama berita Reports. Lalu bergulir ke bawah hingga tiba di kolom komentar. Membaca satu-persatu akun anonim yang memberi komentar tanpa filter sama sekali.
Kacau. Kacau sekali.
Kai menggigit ujung kuku dengan tatapan menerawang. Bertanya-tanya dalam hati, kesialan apalagi yang akan menghampirinya setelah ini? Hukuman apa yang sedang menantinya di depan sana? Apakah ia akan berakhir seperti Gigi-Gigi itu? Dipaksa mengundurkan diri dari sekolah dan khusus untuk kasus Kai, dia tidak berhasil menyelesaikan tahun terakhirnya dan membuat orangtuanya khawatir—kecewa lebih tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faradita; The Moment We Meet, We Fall.
Ficțiune adolescenți[SEKUEL TRIPLETS SERIES #1 : EVERYTHING IN TIME] Kai benci mengatakan kalau kehidupan masa SMAnya akan berakhir seperti film-film bertema high school kebanyakan. Lingkungan pergaulan yang berlebihan, drama ini-itu, hingga terlibat dalam percintaan s...