Ayo sini kasih aku testimoni bab 44 sama side-nya dulu sebelum lanjutin baca. Lumayan ngobatin kangen kan, ya?😆
Kai baru sadar satu hal ganjil tentang Gish.
Tentang dia yang selalu sensitif apabila ada orang yang membicarakan terlalu lama, detail, tentang Reports di depannya. Seakan ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba marah setiap kali kata Reports terdengar. Keengganannya terlihat begitu jelas. Hingga Kai mengira cowok itu pernah dirugikan oleh situs tersebut sebelum kasus terakhir dengannya.
Karena Kai ragu sikap Gish yang itu berhubungan dengan kasus terakhir mereka. Maksudnya, yang secara visual terlihat jelas adalah dirinya. Seharusnya selama Kai terlihat biasa saja, dan yang orang-orang bicarakan tidak menyinggung, Gish tidak harus se-sensitif itu, kan?
Beberapa minggu yang lalu salah satu contohnya. Saat mereka sedang berada di dalam kelas yang sama, diskusi santai tentang revolusi digital, Gish membuat salah satu teman diskusi mereka mendadak kikuk karena menerima perlakuan dinginnya.
"Lo kalau nggak bisa keep up sama topik diskusi mending cabut aja. Opini sampah lo itu nggak layak didenger sama orang lain."
Ujarnya saat Oki—teman diskusi mereka, kekeh mempertahankan opininya tentang situs media internal seperti Reports itu sebenarnya diperlukan untuk setiap sekolah. Reports itu merupakan salah satu contoh revolusi digital yang efektif dengan seperangkat sistem yang lebih sederhana, tapi memusat dan bisa tepat sasaran.
Kai sebenarnya mengerti maksud dari opini Oki. Hanya saja cowok itu lupa menegaskan kalau sistem seperti Reports akan banyak manfaatnya kalau memiliki fitur penyaringan dan blocking untuk tipe topik tertentu. Jenis topik sensitif yang sekiranya dapat merugikan satu atau beberapa pihak.
Alih-alih, dia malah menambahkan kalau topik jenis itu memang tetap diperlukan untuk sekadar hiburan, katanya. Hanya saja memang perlu dibatasi, bukan diberantas sama sekali.
Kai juga tidak setuju untuk bagian yang satu itu. Ia sudah hendak menentang dengan opini miliknya, tentu saja dengan tambahan satu-dua fakta penguat kalau hal tersebut bukanlah sesuatu yang pantas untuk dijadikan hiburan. Cyber bullying merupakan sesuatu yang tak kalah serius dari jenis bullying yang lain. Pemberantasan berita sampah dengan topik sensitif seperti pelanggaran privasi itu sangat diperlukan.
Tapi sebelum itu terjadi, perkataan pedas Gish mendahuluinya. Membuat semua orang yang mendengar saling lempar pandang dengan bingung karena alih-alih adu argumen dengan saling lempar opini dan fakta, seorang Gish Baskara malah terkesan judgemental terhadap pendapat orang lain. Sangat bukan Gish sama sekali.
Lalu sekarang, saat Kai tidak sengaja membawa topik obrolan mereka menyinggung Reports, Gish memberi reaksi serupa. Padahal hanya ada mereka berdua di sini, tidak ada yang bisa membuat Kai tersinggung—kalau memang alasan reaksi antipati Gish terhadap Reports itu karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faradita; The Moment We Meet, We Fall.
Teen Fiction[SEKUEL TRIPLETS SERIES #1 : EVERYTHING IN TIME] Kai benci mengatakan kalau kehidupan masa SMAnya akan berakhir seperti film-film bertema high school kebanyakan. Lingkungan pergaulan yang berlebihan, drama ini-itu, hingga terlibat dalam percintaan s...