Pagi ini Gege tidak memarkirkan motornya di basement sekolah. Melainkan di halaman parkir khusus siswa karena kebetulan pagi ini ia tidak datang sendiri. Di belakangnya, yang baru saja turun dari boncengannya, seorang gadis dengan rambut panjang diikat rapi di belakang tengkuk tersenyum manis sambil mengulurkan helm di tangannya pada Gege.
"Thanks buat tumpangannya, Ge," ucap gadis dengan name tag Indira R. Maharani di blazernya itu dengan suara renyah. "Lain kali kalo mau jemput jangan ngedadak, tiba-tiba udah ada depan rumah aja. Persiapan gue jadi nggak maksimal kayak gini, kan," tunjuk Indira pada rok sekolahnya yang pendek. Selama di atas motor tadi, bagian pahanya yang tidak tertutupi rok dibalut oleh selembar jaket milik Gege.
Gege terkekeh. "Surprise. Gue suka tiba-tiba ngasih kejutan, biasain dari sekarang."
Kedua pipi Indira bersemu merah. Padahal mereka baru dekat beberapa hari tapi kenapa ia sudah sebaper ini, sih? Ah, Indira lupa. Cowok di hadapannya ini adalah Gege Tranggana. Eksistensinya saja bisa membuat sebagian besar cewek di NIIS baper, apalagi diberi gombalan seperti dirinya barusan.
"At least chat dulu, gimana kalau tadi gue udah terlanjur berangkat?" Meski diucapkan dengan nada protes, senyum lebar di bibir gadis itu tidak bisa berbohong kalau dirinya memang senang dengan kejutan Gege pagi ini.
"Loh? Kalo gitu letak kejutannya dimana kalau gue ngechat dulu?"
Sambil mengulum senyum, Indira menarik lepas jaket Gege di pinggangnya. "Terserah lo aja deh, Ge."
"Kalo terserah gue, berarti nanti pulang sekolah gue anter lagi dong, ya? Atau long break nanti kita makan bareng?" Ujung bibir Gege tertarik ke belakang, menikmati bagaimana semburat merah muda di pipi gadis mungil itu semakin merambat luas.
Cantik. Rambut gelap, suara renyah, tubuh mungil. Sepertinya Gege menyukai gadis ini.
"Lo nyebelin ya kalo lagi godain cewek gini, Ge."
"Lo nggak suka?"
Indira mengalihkan pandangan. Bagaimana mungkin ia tidak suka sedangkan perutnya saat ini tengah dipenuhi oleh kupu-kupu terbang?
"Kalo lo nggak suka, gue bisa berhenti bikin-"
"Gue suka!" Sambar Indira tanpa bisa ia tahan. Membuatnya langsung menyesal karena setelah itu, tawa puas Gege membuat orang-orang di sekitar mereka melirik penasaran.
"Kadang-kadang cewek impulsif kayak gini, tuh, gemesin tau, nggak? Lo bisa berhenti dulu, Ra?"
Indira menyenggol lengan Gege agar cowok itu segera menyurutkan sisa tawanya. Mereka mulai meninggalkan area parkir dan berjalan berdampingan. "Berhenti apalagi?!"
"Berhenti gemesin. Kasih gue waktu buat terbiasa."
Indira melirik Gege dengan ekor matanya. "Lo nggak bisa dibiarin kayak gini terus di depan gue, Ge."
KAMU SEDANG MEMBACA
Faradita; The Moment We Meet, We Fall.
Teen Fiction[SEKUEL TRIPLETS SERIES #1 : EVERYTHING IN TIME] Kai benci mengatakan kalau kehidupan masa SMAnya akan berakhir seperti film-film bertema high school kebanyakan. Lingkungan pergaulan yang berlebihan, drama ini-itu, hingga terlibat dalam percintaan s...