Faradita - Bab 30

2.5K 396 76
                                    

Waktu update aku random banget, ya🙈
Maapkeun, silahkan dinikmati aja quick up-nya✨

Waktu update aku random banget, ya🙈Maapkeun, silahkan dinikmati aja quick up-nya✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gish menatap kepergian mobil di depannya dengan tanda tanya di kepala. Ia mengawasi laju pelan mobil sedan itu ketika mulai meninggalkan halaman parkir dan bergabung dalam antrian mobil lain yang sama-sama hendak keluar dari area sekolah.

Masih dalam posisi berdiri di salah satu lahan parkir yang telah kosong, cowok yang telah menanggalkan blazer sekolahnya itu menatap ke arah samping. Ke arah dimana seorang gadis yang sama-sama tengah memperhatikan laju mobil yang sama, berdiri dengan tumpukan buku yang dia peluk di depan perutnya.

"Gaya pacaran Zai emang kayak gitu?" Tanya Gish dengan tetap memaku tatap pada figur bagian belakang Kai karena gadis itu sedang berdiri memunggunginya. "Gue nggak ngerti. Sifat Zai itu angin-anginan, kadang manis banget kadang cuek banget. For no good reason."

Kai berbalik menghadap Gish. "Kalian baru pacaran beberapa bulan, masih banyak yang harus lo cari tahu tentang Zai. You have plenty of time, why rush?" Bertemu dan berbicara tentang topik semacam ini dengan Gish bukan sesuatu yang Kai harapkan ketika tadi berniat membawa barang-barangnya dari dalam mobil yang akan Nai bawa untuk pergi les. Cowok itu tiba-tiba saja datang dan mulai menawarkan gentlemen move-nya pada Zai. "Satu saran aja dari gue: lo cuma harus tahan banting kalau sewaktu-waktu dapet penolakan kayak tadi."

Barusan, Gish berniat mengantar Zai pergi ke tempat lesnya. Tapi untuk alasan yang tidak Gish mengerti, Zai lagi-lagi memberi penolakan. Dia bilang lebih efektif kalau ikut berangkat bersama Nai yang juga akan berangkat les di tempat yang sama. Ya... memang, tapi maksud Gish... mereka itu pacaran. Antar-jemput pacar meski terdengar 'tidak efektif' bukannya wajar? Doing silly things while dating is normal for teenagers. Isn't it?

"I have plenty of time, indeed. Tapi kalau Zainya sendiri yang masang jarak, apa yang bakal gue lakuin sama waktu yang banyak itu? Gue bahkan kebingungan setiap kali Zai mendadak keliatan risih kayak tadi." Gish menyusupkan kedua tangannya ke dalam saku saat berjalan mendekati Kai. "Jujur sama gue, Kai. Zai beneran tertarik nggak, sih, pacaran sama gue? Dia pernah ada bilang—curhat, sesuatu sama lo tentang gue?"

"Zai nggak risih." Kai mengangkat buku-buku—yang tadi dia keluarkan dari mobil untuk disimpan sebagian di dalam lokernya dan sebagian lagi akan dipakai untuk kelas tambahan nanti, di tangannya sedikit lebih tinggi agar bisa mengurangi sedikit beban di lengan bagian bawahhya. "Zai nggak akan pacaran sama lo kalau dia nggak punya ketertarikan yang lo maksud itu."

Gish menatap gerak-gerik Kai yang terlihat familier di matanya. What's wrong with her and the stack of books in her hands? Gish benar-benar tidak paham pada kebiasaan Kai yang sering mengumpulkan banyak buku dan membawanya dengan cara yang terlihat 'menyulitkan' itu.

"Gue harap penilaian lo barusan itu nggak subjektif."

Kai menghela napas pelan. "Lo berharap gue jawab apa sebagai sodaranya Zai? Gue nggak tahu gimana rasanya ada di posisi pasangan sodara-sodara gue, jadi kalau penilaian gue terdengar subjektif... i don't know what else to say. I'm saying something that i know personally about them."

Faradita; The Moment We Meet, We Fall.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang