Hi! Jangan lupa tinggalkan jejak sebanyak-banyaknya biar aku semangat update hoho
Kai buru-buru memasukkan buku paket dan laptopnya ke dalam tas. Sesekali matanya melirik layar ponsel yang menyala, namun tidak menampilkan notifikasi balasan pesan apapun dari Zai tentang dimana mereka akan bertemu sebelum gadis itu memulai kegiatan ekskul pentingnya—yang masih wajib diikuti meski telah memasuki tahun terakhir sekolah.
Ting!
Ting!
Ting!
Tiga pesan beruntun masuk dari Zai tak lama kemudian.
Velamita
Gue tunggu di kantin sosial
Cepetaaaan
Gue udah telat nihhhhSabarrrr
Kai mengetikkan jawaban singkat lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku blazer. Ia segera meninggalkan ruang kelas yang sudah sepi sambil menenteng tas ransel serta beberapa modul yang akan ia simpan di dalam loker.
Begitu melewati koridor yang tak kalah sepi saat menuju kantin, Kai mempercepat laju langkahnya. Bukan karena takut, tapi karena getaran dari ponsel di sakunya kembali terasa. Kali ini lebih panjang dan Kai yakin itu panggilan masuk dari Zai si tidak sabaran.
Hari ini Kai ada tugas biologi yang mengharuskannya menggunakan iPad sebagai media untuk menggambar. Berhubung iPad miliknya rusak dan sedang menginap di tempat service, ia berniat meminjam iPad milik Zai—Nai tidak ada dalam pilihan, iPad milik gadis itu tak pernah lepas dari tangannya dan terlalu banyak folder-folder penting yang sangat dijaga dengan protektif oleh pemiliknya, yang ternyata berada di dalam loker. Jadi sekarang Kai berniat menjemput kunci loker tersebut sebelum pemiliknya pergi menghadiri ekskul super penting yang haram untuk ditinggal—katanya.
"Lama amat!" gerutu Zai saat melihat Kai mendekat. Ia berkali-kali melihat jam tangannya.
Kai menoyor kening adiknya. "Sabar dikit bisa kali. Lo lupa area sekolah ini seluas apa?"
Zai mecebikkan bibir. Lalu tangan kanannya mengulurkan kunci loker pada Kai. "Lo tahu, kan, loker gue nomor berapa?"
Kai menunjukkan nomor loker yang tertera pada gagang kunci. "Gue nggak bego," tambahnya. Kalaupun kunci itu tidak ada nomornya, Kai tetap akan tahu. Ia pernah melihat Zai membuka lokernya sendiri saat pertama datang dulu. Pasti gadis itu lupa.
"Jangan sampe rusak ya, awas! Jaga baik-baik jangan sampe harus nginep di tukang service kayak punya lo."
Kai menganggukkan kepala beberapa kali, lalu memberi isyarat mengusir dengan tangan agar Zai segera pergi. "Iya, iya. Bakal gue jaga seperti anak sendiri. Udah sana, katanya telat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Faradita; The Moment We Meet, We Fall.
Fiksi Remaja[SEKUEL TRIPLETS SERIES #1 : EVERYTHING IN TIME] Kai benci mengatakan kalau kehidupan masa SMAnya akan berakhir seperti film-film bertema high school kebanyakan. Lingkungan pergaulan yang berlebihan, drama ini-itu, hingga terlibat dalam percintaan s...