Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak bacanya✨
"Kirei nunggu lo di lab komputer."
Gish menolehkan kepalanya ke sisi kanan.
"Dia juga nitipin ini buat lo." Gege melempar kotak jus jambu kemasan pada Gish sambil berdecih. "Bocah banget lo tiap saat harus disediain jus buah."
"Gue nggak pernah minta." Gish menangkap lemparan minuman kemasan itu dengan sigap. "Kirei yang punya inisiatif sendiri."
"Yeah, of course." Gege melengos. Dia memposisikan diri di samping Gish dan ikut menyaksikan lalu lalang di lantai dasar dari koridor lantai tiga yang selalu sepi ini. "Gedung sosial keliatan jelas banget kalau dari sini. Siapa yang daritadi lagi lo perhatiin, Gish?" Gege menyipitkan matanya ke arah koridor gedung sosial yang ramai. Ujung telunjuknya mengarah pada salah satu spot. "Kai?"
"Ada Zai juga di sana." Gish menjawab sambil menggidik tak acuh pada spot yang tadi ditunjuk Gege. Memang ada Kai di sana, tapi sebelah gadis itu juga ada Zai.
Gege terkekeh. "Gue kira kalian udah putus."
Gish menoleh cepat. "Kata siapa lo?"
"Keliatan jelas kali. Zai cuek banget, sementara lo kayak nggak mau ambil pusing juga."
Gish kembali memperhatikan koridor lantai dasar gedung sebelah.
Zai sedang duduk bersebelahan dengan Kai, mereka terlihat sedang membahas sesuatu yang menyenangkan karena keduanya tampak sama-sama tertawa. Identik sekali. Kalau tidak melihat dari penampilan keduanya yang jelas sekali berbeda, rasanya Gish akan terkecoh... gadis mana yang sebenarnya menarik hatinya.
"Gue suka sama dia—Zai," ujar Gish masih tetap melihat ke arah yang sama.
Jelas. Kalau tidak menyukai gadis itu mana mungkin Gish terus-terusan memperhatikannya selama beberapa bulan terakhir ini. Kalau Gish tidak menyukainya mana mungkin ia nekat mengajaknya berpacaran. Gish bukan tipe cowok yang akan mengajak seorang gadis menjalin hubungan kalau dia tidak benar-benar serius. Track recordnya untuk yang satu itu bagus, tidak seperti Gege.
"Tapi...?"
Tapi entah kenapa rasanya ada yang salah pada hubungannya yang sekarang. Dirinya dan Zai seperti tidak benar-benar serius menginginkan hubungan ini. Zai yang semakin hari semakin terasa jauh dan Gish sendiri yang semakin tak acuh.
Karena itu pula, jujur saja, Gish sedikit terdistraksi oleh orang lain. Oleh pembawaannya yang mencurigakan dan kentara sekali suka menghindar setiap kali mereka tidak sengaja bersinggungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faradita; The Moment We Meet, We Fall.
Teen Fiction[SEKUEL TRIPLETS SERIES #1 : EVERYTHING IN TIME] Kai benci mengatakan kalau kehidupan masa SMAnya akan berakhir seperti film-film bertema high school kebanyakan. Lingkungan pergaulan yang berlebihan, drama ini-itu, hingga terlibat dalam percintaan s...