INGAT! Semua yang ada di cerita ini adalah fiksi. Kalau ada ketidaksesuaian informasi dengan apa yang kalian ketahui sebelumnya, dipastikan itu bentuk kesengajaan-atau di beberapa hal, kurang riset HEHE.
Just please, enjoy🌹
Buat seru-seruan aja ini mah.Break singkat yang terakhir di sela-sela jam pertama baru saja dimulai. Kai melihat teman-teman di kelasnya buru-buru keluar entah kemana, mungkin kafetaria. Waktu 10 menit lebih dari cukup untuk sekadar membeli satu-dua macam makanan ringan di kafetaria yang memang jaraknya tidak jauh-tersedia di setiap gedung.
Sekolah ini menerapkan metode 60:10. Dimana rentang waktu belajar dipecah menjadi beberapa interval waktu di setiap mata pelajarannya. Contohnya, dalam mata pelajaran Psikologi yang hari ini Kai ikuti, bobot waktu pembelajaran itu 200 menit yang mana dipecah menjadi 3 interval waktu. 60 menit pertama belajar, 10 menit kemudian istirahat, lalu 60 menit kedua mulai lagi, lalu 10 menit selanjutnya istirahat, dan 60 menit terakhir kembali dimulai sebelum kemudian istirahat panjang selama kurang lebih satu jam setengah dan berganti kelas.
Saat break pertama, Kai tidak kemana-mana. Ia hanya duduk dan membaca. Ketertinggalan yang dia alami membuatnya harus pintar-pintar curi waktu untuk mengejar, sesingkat apapun waktu itu. Tadi saja, ia hampir membuang-buang waktu dengan bolak-balik mengecek modul-buku paket-internet saat mendengarkan penjelasan tentang materi Modifikasi Perilaku yang tentunya masih terlalu asing ditelinganya. Mengingat seharusnya ia masih berada di level materi Pengantar Psikologi atau Konsep Dasar Psikologi.
Tapi untuk break singkat terakhir ini Kai memutuskan untuk keluar kelas. Berjalan santai dan melihat-lihat sekitar, merekam setiap tempat dan ruangan yang sekiranya bisa ia butuhkan nanti. Hingga tanpa sadar ia tiba di perbatasan antara gedungnya dan gedung yang tadi pagi dimasuki Zai.
Dibanding dengan gedung tempat Nai belajar, gedungnya lebih dekat dengan Zai. Apalagi kelas yang ia tempati kini posisinya ada di jajaran paling depan, sebelum kelas Sosial 3.2. Jadi semakin dekat dengan posisi kelas Bisnis 3.3 di gedung sebelah.
Kai sedikit memanjangkan leher ke arah gedung itu, berharap menemukan Zai yang mungkin sama-sama memutuskan keluar kelas dan berjalan di sekitar situ. Beberapa detik kemudian Kai menyeringai. Benar saja, Zai terlihat baru saja keluar dari kelasnya yang paling ujung. Meski kadang tidak percaya, tapi Kai merasa ikatan batin antar anak kembar itu nyata. Mereka sering mengalaminya.
Kai berdiri menyandar di salah satu tiang, menunggu Zai mendekat. Anak itu melambaikan tangannya heboh saat mata mereka bersitatap, Kai hanya membalasnya dengan gelengan kepala.
Saat jarak mereka kurang dari tujuh meter lagi, langkah Zai terhenti karena seseorang memanggilnya. Kai melihat seorang cowok berkacamata mendekati Zai dengan iPad di tangannya. Mereka terlibat pembicaraan yang terlihat cukup serius sebelum kemudian cowok itu menyerahkan iPad yang dibawanya pada Zai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faradita; The Moment We Meet, We Fall.
Teen Fiction[SEKUEL TRIPLETS SERIES #1 : EVERYTHING IN TIME] Kai benci mengatakan kalau kehidupan masa SMAnya akan berakhir seperti film-film bertema high school kebanyakan. Lingkungan pergaulan yang berlebihan, drama ini-itu, hingga terlibat dalam percintaan s...