Faradita - Bab 25

2.3K 412 80
                                    

Jangan berharap banyak dari obrolan dua remaja ini, yaaa (⁠◠⁠‿⁠◕⁠)

Jangan berharap banyak dari obrolan dua remaja ini, yaaa (⁠◠⁠‿⁠◕⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tokyo, Jepang. Tiga tahun yang lalu...

"Arogatou gozaimasu," ujar Kai sambil sedikit membungkukkan tubuh saat pesanan ramen miliknya baru saja dihidangkan di atas meja dengan space terbatas ini.

Sejujurnya, restoran ramen dengan nama Ichigo; Ramen Cubicle Dining Booths ini sangat menarik. Tempatnya tidak terlalu besar, bahkan terkesan sempit dengan banyaknya sekat antar kubikel, namun entah kenapa meja restoran yang diatur seolah-olah sedang berada di zona physical distancing ini terasa nyaman dan tentunya bebas dari jarak pandang orang lain.

Oke

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke. Sepertinya Kai tidak terlalu merasakan penyesalan karena tidak bisa makan di Teras Jawa-restoran Indonesia di samping Ichigo, akibat penuh dan dirinya merasa tidak akan kuat kalau harus ikut mengantri terlebih dulu di tengah tetesan salju yang turun semakin lebat ini.

Tidak, terima kasih. Winter bukan teman musim yang baik untuknya.

Kai meraih ponsel untuk merekam makanan dan suasana sekitar restoran agar bisa pamer pada Nai dan Zai yang menolak ikut makan di luar bersamanya, mereka lebih memilih makan makanan hotel dan tidak tertarik menjauh dari selimut setelah menghabiskan hari dengan snowboarding sebelumnya. Mereka harus tahu apa yang malam ini mereka lewatkan.

Setelah mengirim video berdurasi singkat itu ke grup keluarga, Kai menyimpan ponselnya di salah satu sudut meja kubikel. Gadis itu terkekeh saat membayangkan respon penyesalan yang akan Nai berikan begitu melihat videonya. Tentu saja, tempat unik dan makanan menarik adalah salah satu hal yang tidak akan Nai lewatkan untuk diabadikan dan diunggah ke laman sosial medianya.

Kai menarik satu bungkus sumpit baru di atas meja. Membukanya dan langsung ia gunakan untuk mengaduk ramen di atas mangkuk. Gadis itu meringis saat tidak sengaja membuat punggung tangannya terciprat kuah panas saat mengaduk. Cipratan itu bahkan sempat mengenai sweater yang dipakainya dibalik mantel.

Kai berdecak. Dia tidak sadar gerakan tangannnya di atas sumpit sekuat itu. Sebenarnya gue lagi ngaduk ramen atau ngaduk semen, sih?

Suara notifikasi muncul beberapa kali dari ponselnya saat Kai masih sibuk dengan kekacauan yang dibuatnya. Gadis itu menyeringai. Pasti dari Nai, Zai jarang membuat balasan pesan berderet seperti itu.

Faradita; The Moment We Meet, We Fall.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang