Faradita - Bab 37

2.6K 487 150
                                    

Bacanya pelan-pelan aja, yaa🌻

Arga benar-benar bermain curang hingga akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arga benar-benar bermain curang hingga akhir.

Arga berhenti sebelum dia benar-benar diminta untuk menyudahi.

Dia mengambil jalan pintas yang tidak pernah terpikirkan sedikitpun oleh Gish.

Dari banyak hal yang bisa dia putuskan sendiri tanpa campur tangan Ibu mereka, Arga memutuskan satu pilihan terakhir yang membuat Gish berkali-kali menggemakan kata kenapa di kepalanya. Mempertanyakan apa yang selama ini dia lewatkan dari saudaranya itu. Mempertanyakan apakah kemarahannya selama ini menjadi salah satu alasan yang membuat Arga memutuskan pilihan itu? Apakah selama ini rasa iri Gish memberatkannya?

Apa yang dipikirkan oleh Arga disaat-saat terakhirnya?

Apakah dia sengaja meninggalkan Gish dengan perasaan bersalah seperti ini?

Apakah Arga sedang balas dendam?

Apakah Arga sengaja meninggalkannya menderita sendirian di tangan Ibu mereka?

Apakah...

Gish menunduk saat merasakan angin malam menusuk matanya hingga terasa perih, lagi. Menatap ujung kakinya yang masih terbalut kaus kaki dan celana bahan hitam yang ia pakai sejak enam jam yang lalu.

Sampai akhirpun, Arga tidak bisa menjadi kakak yang bisa Gish andalkan...

Lihat...

Setelah ini bagaimana Gish bisa melanjutkan hidupnya tanpa terbayang-bayang hutang maaf dan ucapan selamat tinggal pada kakaknya itu? Bagaimana cara Gish bisa menatap ke depan tanpa mengingat kemungkinan dirinyalah salah satu penyumbang beban di pundak Arga yang tidak mampu lagi kakaknya itu pikul.

Bagaimana?

Rasanya untuk berpijak saja Gish tidak mampu, apalagi harus melangkah?

Suara meow kecil mengalihkan perhatian Gish dari lalu lalang orang-orang yang masih berdatangan ke kediaman mereka untuk berbela sungkawa. Gish melepaskan pegangannya pada pagar balkon untuk melihat apa yang tengah dilakukan si siamese putih-cokelat pada kakinya, hewan berkaki empat itu tengah menggosokkan tubuhnya pada celana bahan hitam Gish yang bagian bawahnya sedikit kotor oleh noda lumpur yang seharusnya sudah kering. Noda lumpur yang hanya semakin mengingatkan Gish pada pemilik asli hewan itu sebelumnya, pada realita yang saat ini menghantamnya telak.

"Dia daritadi ada diluar kamar kamu. Udah Papa simpan di kamar Arga tapi dia berisik banget pengen keluar, nyakar-nyakar pintu."

Gish menjauhkan hewan berbulu itu dari kakinya tanpa memedulikan ucapan Wildan di belakang. Menolehpun tidak.

"Mau hujan, Gish. Anginnya juga kenceng. Mau sampai kapan kamu berdiri di sana?"

Gish mendesis risih pada kucing yang kini mengaitkan cakarnya pada sekeliling celana yang dia pakai. Hewan bodoh itu bergelantungan di sana.

Faradita; The Moment We Meet, We Fall.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang