Halloo, apa kabar? Pada baik-baik aja kaaan🥺
Soriiii banget aku tiba-tiba ngilang tiba-tiba datang seenak jidat kayak gini😭 I don't want to make this an excuse, but God has really tested me a lot this year. However i hope you're all doing well, guys!Dan buat yang masih stay di lapak Kai-Gish, aku bawa sedikit hadiah buat ngobatin rindu kalian hhii
Please enjoy✨
**
"Sori, aku telat." Gish mengangkat sebuah map tipis di tangannya. "I had to take this application form first. Kebetulan rumah Ms. Rue satu arah sama tempat ini."
Kai memanjangkan lehernya untuk mengintip isi map yang dimaksud. "Kamu jadi ikut short course program MUN itu?"
Gish mengangguk sambil menarik gelas milkshake milik Kai di atas meja, menyeruput isinya dengan santai.
Kai membaca isi kertas formulir itu mulai dari kolom informasi singkat hingga kolom identitas yang perlu diisi. "Bukannya angkatan kalian udah pernah ya tahun lalu? Yang di Bangkok itu, Zai juga ikut."
MUN atau Model United Nations adalah simulasi sidang PBB dimana para peserta akan belajar tentang diplomasi dan hubungan internasional. Pada konferensi MUN, setiap peserta bekerja sebagai perwakilan dari suatu negara, organisasi, atau orang, dan harus memecahkan masalah dari isu-isu yang terjadi di dunia dengan delegasi lain dari seluruh dunia. Model UN juga dapat membantu siswa masuk ke perguruan tinggi terbaik dan mempersiapkan mereka untuk berkarir di bidang hukum, diplomasi, pemerintahan, bisnis, dan lainnya.
NIIS sendiri memiliki klub ekstrakulikuler studen-led yang mana output dari klub tersebut berkaitan dengan praktik program MUN. Program ini sudah berjalan selama lebih dari satu dekade di yayasan Newcastle School.
"Udah." Gish mengangguk antusias. "Tapi emang seru, bikin ketagihan. Aku ditawarin lagi sama Ms. Rue."
"Zai juga pernah cerita, katanya emang seru. Dulu dia jadi salah satu delegasi Vietnam, masuk tim human right council kalau nggak salah," ujar Kai. "Kalian satu tim?"
Kai ingat, itu adalah satu-satunya hal yang berhasil membuat Kai iri pada Zai dan sekolah internasional-nya. Karena di sekolah lamanya, pelatihan diskusi, negosiasi, atau bahkan diplomasi hanya bisa Kai dapatkan dari klub debat. Memang sama-sama edukatif, namun tetap saja rasanya akan berbeda apabila hal tersebut dilakukan di forum internasional meski hanya sebatas simulasi.
"Kami nggak satu tim." Gish menyebutkan pesanannya saat pelayan datang ke meja mereka sebelum kembali fokus pada Kai. "Zai delegasi Vietnam aku delegasi Ethiopia. Awalnya aku pilih tiga council atau komite; UNHRC, Legal Committee, sama IMF. But somehow i ended up in the IMF committee—International Monetary Fund, dan membahas topik proverty. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Faradita; The Moment We Meet, We Fall.
Fiksi Remaja[SEKUEL TRIPLETS SERIES #1 : EVERYTHING IN TIME] Kai benci mengatakan kalau kehidupan masa SMAnya akan berakhir seperti film-film bertema high school kebanyakan. Lingkungan pergaulan yang berlebihan, drama ini-itu, hingga terlibat dalam percintaan s...