chapter empat puluh tujuh

3.8K 410 156
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

hoekkk!

hyunsuk lagi berdiri didepan wastafel, mata cowo manis itu berkaca kaca. ia lelah karna dari tadi harus bulak balik ke kamar mandi, hyunsuk pun bingung kenapa akhir akhir ini ia sering kali muntah muntah.

selera makan hyunsuk naik turun. kadang ia makan sangat banyak, tetapi kadang ia tak mau makan. terkadang hyunsuk ingin memakan makanan yang manis, tapi ketika diberikan makanan manis hyunsuk malah meminta makanan asin.

hyunsuk bingung dengan dirinya sendiri. sebenarnya apa yang terjadi? penyakit apa yang hyunsuk alami hingga ia menjadi seperti ini?

setelah selesai muntah, hyunsuk mencuci mulutnya sendiri. lalu hyunsuk menatap pantulan dirinya dikaca.

"apa aku sakit ya?? tapi kalau sakit, kenapa badan sama pipi aku makin gemuk?.." monolog hyunsuk bingung.

Hyunsuk menghela nafas
"kayaknya aku harus ke dokter.."

baru aja hyunsuk mau nelfon jihoon, tapi ia urungkan karna tak ingin membuat kekasihnya repot. akhir akhir ini perasaan hyunsuk terlalu sensitif, pikiran buruk pun terus terusan menumpuk diotaknya.

hyunsuk memakai jaket miliknya sebelum pergi menuju rumah sakit.

***

"jadi apa penyakit saya dok?" tanya hyunsuk sambil duduk gelisah didepan dokter.

dokter melepaskan kaca matanya kemudian menatap hyunsuk dengan senyuman yang terukir di bibirnya.
"selamat ya, kamu dinyatakan hamil. usia kandungan kamu sudah memasuki tiga minggu, dan saya sarankan kamu harus banyak memakan sayur serta buah karna janin kamu memerlukan nutrisi untuk proses tumbuh kembangnya."

hyunsuk membeku, detak jantungnya terasa berhenti. hyunsuk meremas ujung bajunya sendiri, lagi lagi pikiran buruk mulai bersarang di otaknya.

hyunsuk takut jihoon bakal mutusin dia, hyunsuk takut jihoon bakal gugurin kandungannya, hyunsuk takut jihoon ga akan mau tanggung jawab. hyunsuk benar benar merasa takut dan cemas sekarang. perasaannya campur aduk.

"jangan banyak pikiran dulu ya. usia kamu dan usia kandunganmu masih muda, sangat memungkinkan terjadinya keguguran jika kamu mengalami stres."

hyunsuk mengangguk membalas perkataan dokter tersebut.

"terimakasih dokter."

dokter memberikan kartu namanya kepada hyunsuk.
"kalau ada keluhan, kamu bisa telfon saya."

park jongseong.

***

sekarang suho lagi berada diruangan guru, untuk kesekian kalinya ia dipanggil oleh guru disekolah jihoon karna lagi lagi jihoon bertingkah.

"ada masalah apa lagi pak?" tanya suho yang udah duduk didepan meja chanyeol, guru bk disekolah.

chanyeol tersenyum kearah suho
"ini bukan tentang masalah, saya memanggil anda karna ingin mengapresiasi perkembangan jihoon dalam belajar. akhir akhir ini nilai jihoon sangat melonjak naik, dia juga jarang bolos dari kelas. bahkan sering kali jihoon men-traktir guru guru dan teman temannya saat jam istirahat."

suho menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari jemarinya.
"wahh, kalau itu mah saya yang ngajarin. saya kan orang tua yang tegas, saya selalu menasehati jihoon dan menuntun jihoon ke jalan yang benar. bapak tau kan kalau saya itu dermawan? nah sifat dermawan jihoon itu turunan dari saya." balas suho bangga.

chanyeol mengangguk menyetujui ucapan suho.
"tetapi, kadang kadang dia pacaran tidak tau tempat. bahkan ketika guru menjelaskan dia sempat sempatnya peluk peluk pacarnya dipojok kelas." timpal chanyeol.

suho mengurut keningnya sendiri yang tiba tiba terasa pening.
"aduhh, kalau itu bukan ajaran saya. itu mah ajaran mamanya, saya ga nyangka sifat bucin mamanya malah nurun ke jihoon." ucap suho begitu dramatis.

sepertinya kita harus memberi kaca pada suho.

ceklek!

pintu ruang guru dibuka oleh seseorang.

"permisi pak, saya mau lapor. park jihoon kelas 12 IPA bolos lewat pagar belakang."

suho nyengir malu,
"bukan anak saya." kata suho.

***

"tadi papa dipanggil ke sekolah kamu karna kamu udah banyak melakukan kebaikan." kata suho sambil tersenyum bangga kearah jihoon.

jihoon menatap suho dengan ekspresi tak percaya.
"hah?? serius pa?"

ya gimana mau percaya, tadi siang aja dia sama temen temennya pergi bolos. kenapa bolos?? karna hari ini hyunsuk ga hadir. jihoon niat belajar kan cuma pas ada hyunsuk, hahahah.

"iya, walaupun ujung ujungnya kamu bolos. tapi papa tetep mau kasih kamu hadiah. kamu pengen apa?"

"pengen nikah."

suho memejamkan matanya lelah ketika mendengar jawaban jihoon.
"emang udah sanggup buat nafkahin ndut kamu itu?" tanya suho.

jihoon mengangguk mantap
"ya sanggup lah." balas jihoon yakin.

kalian harus tau, hotel, pulau, pantai dan juga tanah milik jihoon terdampar dimana mana. aset untuk kehidupannya bersama hyunsuk sudah banyak, sekarang juga jihoon lagi membangun perusahaan atas nama dirinya.

"gausah ngelantur, belajar dulu yang bener." ujar suho kemudian melanjutkan makan malamnya.

"bentar lagi kan lulus, pa." sahut jihoon gak mau kalah.

suho mengelus dadanya sendiri, dari kecil hingga besar jihoon memang mampu ngebuat suho prustasi.

"mending kamu borong mobil aja sana daripada bikin papa pusing" suruh suho.

"ihh, tapi aku maunya nikah pa. bukan borong mobil."

sudahlah, suho menyerah.

***

jihoon berbaring dengan gelisah ditempat tidurnya. dari tadi pagi ia sama sekali tak bisa menemui dan menghubungi hyunsuk.

ditelfon ga diangkat.

dichat ga dibalas.

jihoon udah coba datengin hyunsuk ke apartement, tapi hyunsuk ga ada. yang jihoon temui cuma ada babi yang lagi makan snack kucing didapur.

jihoon udah cari keruang rawat inapnya yoshi, hyunsuk ga ada.

bahkan jihoon udah nanyain hyunsuk ke jennie, jennie bilang dia gak tau dimana keberadaan hyunsuk.

udah ratusan chat dan telfon yang jihoon kirim ke hyunsuk, tapi satupun ga ada yang dibalas.

jihoon kangen berat, dia galau. hari jihoon benar benar hampa karna ga ada hyunsuk. jihoon khawatir hyunsuk kenapa napa.

***

T B C

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

T B C

childhood ; hoonsuk [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang