24. Adriel

807 100 6
                                    

Happy Reading!!!

"Tadi bukan Avzra, Om. Tapi kepribadiannya yang lain." Ucap Arlavan pelan menatap lekat mata Xion.

"Maksudmu apa?"

Arlavan menghela nafas kemudian berjalan mendekati jendela besar diikuti Xion dibelakangnya.

"Aku sudah curiga sejak kita mendapatkan bukti Vidio kecelakaan mommy."

"Vidio yang dikirimkan ke ponsel Vriza waktu itu??" Tanya Xion memastikan. Arlavan mengangguk membenarkan.

"Sorot matanya begitu tajam dan dipenuhi amarah yang terpendam, itu jelas bukan sorot mata adikku, om."

"Tidak mungkin Avzra memiliki kepribadian lain, Van. Mungkin itu hanya ekspresi wajah Avzra saat marah. Kau tahu sendiri kan adikmu itu jarang marah, dan seperti kata orang... Orang yang jarang marah, sekalinya marah seperti bukan dirinya sendiri."

"Tapi aku yakin, Om. Avzra yang berdiri di hadapan ku tadi bukanlah Avzra yang sebenarnya." Keukeh Arlavan.

"Yang dikatakan Abang benar, om." Sahut Vriza yang tiba-tiba datang menuruni anak tangga.

"Apa yang kau katakan Vriza??"

"Kalian ikut aku!" Vriza langsung mengajak Arlavan dan Xion menuju lantai dua, tepatnya menuju ke kamar Avzra.

Ketiganya masuk kedalam kamar Avzra, tapi mereka tidak menemukan keberadaan pemuda itu di kamarnya.

Namun kondisi kamar Avzra begitu kacau. Barang-barang berserakan, dan terdapat pecahan kaca. Kasur king size nya juga berantakan dengan bantal dan selimut yang berceceran dilantai.

"Sepertinya dia ada dikamar mandi." Ucap Vriza sedikit berbisik.

Ketiganya pun melihat dari celah pintu memperhatikan Avzra yang berdiri menghadap cermin dan tak menyadari ada yang mengintipnya.

Avzra dalam keadaan topless menampilkan punggungnya yang terdapat sayatan panjang dan masih berdarah. Terlihat dari pantulan cermin, pemuda itu berdiri dengan pandangan kosong.

"Bang Avzra tadi kalap." Ucap Vriza pelan. Arlavan dan Xion menoleh menatap Vriza.

"Dan dia baru tenang setelah melukai dirinya sendiri." Lanjut Vriza sambil menunjuk sebuah pisau lipat yang tergeletak di lantai pojok kamar.

"Avzra?!" Arlavan membuka lebar pintu kamar mandi dan memanggil nama sang adik.

Avzra menoleh dan menatap kosong sang kakak. "Sini!" Titah Arlavan dan langsung dituruti oleh Avzra.

Arlavan menggiring sang adik untuk duduk di ranjangnya.

Arlavan hendak membuka suaranya, namun urung karena Marvino datang bersama dokter.

"Oh, ternyata kalian disini?! Dokter sudah datang. Biarkan dia mengobati luka Avzra." Ucap Marvino dan diangguki oleh Arlavan.

Avzra diminta berbaring tengkurap. Setelah dibius, dokter mulai mengobati dan menjahit luka di punggung Avzra.

Arlavan dan Xion duduk disofa yang ada di sana. Sedangkan Vriza dibantu Marvino membereskan kamar Avzra.

Setelah mengobati seluruh luka Avzra, dokter pun pamit pergi. Marvino dengan ramah mengantar pergi sang dokter.

Really, like this a family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang