31. Action (2)

671 100 15
                                    

Happy Reading !!!

Brakkk

Bruukkk

Pyaarr

Adriel membanting, melempar dan mengacak-acak apartemen pribadi miliknya.

Amarahnya semakin membumbung tinggi setelah menerima kabar dari Radea.

"Nyokap gue udah kekantor polisi dan katanya mereka tidak melakukan penangkapan kepada Vriza. Gue dan nyokap bahkan datangi satu persatu kantor polisi di kota ini, tapi hasilnya nihil. Tak ada satupun pihak kepolisian yang menangkap dan membawa Vriza." Ucap Radea saat di telpon tadi.

"Jadi kalian udah mulai beraksi, hemm?? Kalian mau main-main sama gue!!" Gumam Adriel lirih dengan tatap tajam nan menusuk menatap cermin yang retak dihadapannya.

Brakk...

Pintu terbuka dengan kasar menampilkan Radea dengan nafas yang berantakan.

"Adriel, gawat!!"

"Om Nathan dan kak Avan hilang! Mereka tidak ada di kantor."

Kepalan tangan Adriel semakin mengeras. Begitu juga dengan tatapan Adriel yang semakin menajam.

"Dan..." Gumam Radea ragu.

"Dan??" Suara serak bernada dingin milik Adriel terdengar.

"Delvian menculik Tante Adella, kak Vino dan kak Lio." Ucap Radea pelan.

Bugh

Pyaarr

Kaca yang tadinya retak kini pecah berantakan akibat pukulan dari tangan Adriel.

Adriel menatap tajam ke arah kaca pecah di hadapan. Mengabaikan tangan yang berdarah.

Vriza, Arlavan dan Adella adalah orang yang paling disayang oleh Avzra. Berusaha menyakiti mereka, itu artinya siap mati di tangan Adriel.

"Rade, siapkan semuanya!!" Titah Adriel dan Radea hanya mengangguk menuruti. Dia tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

***

Arreta tersenyum puas melihat semuanya berjalan sesuai rencana. Wanita itu dengan congkak nya duduk di sofa empuk menatap setiap tahanannya yang terikat di kursi kayu.

"Maaf mas Nathan. Maaf membuatmu harus terikat seperti ini. Aku tidak punya pilihan lain selain melakukan semua ini..." Ucap Arreta dengan tatapan bersalah yang dibuat-buat.

Nathan hanya diam menatap tajam wanita yang menjadi istri pertamanya itu.

Arreta begitu licik dalam menjalankan rencananya. Dia memerintahkan Daniel untuk memberikan obat tidur di teh yang disuguhkan kepada Jonathan dan Arlavan.

Dan setelah ayah-anak itu tidak sadarkan diri, dengan cerdiknya anak buah Ardhika membawa Jonathan dan Arlavan pergi dari kantor.

Arreta mengalihkan pandangannya kearah Arlavan yang duduk terikat dalam keadaan lemas.

"Ini yang ku inginkan."

"Aku tau kau sangat mahir dalam bela diri. Tapi karena dirimu tipe pemuda yang cuek dan hanya akan bertindak saat masalah datang, jadinya aku membuatmu kelelahan hingga kondisi tubuhmu menurun." Ucap Arreta dengan santainya.

Really, like this a family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang