13. Rahasia kelahiran Dewangga

1.7K 161 7
                                    

Happy Reading!!!

Beberapa jam sebelum kecelakaan Jonathan, Dewangga sedang menghadiri meeting penting bersama salah satu kolega bisnis perusahaan Valholter.

Dewangga bersama sekretaris pribadinya melakukan meeting di salah satu privat room yang ada di restoran mewah di dekat perusahaan.

Setelah meeting selesai, Dewangga meminta sekretarisnya untuk kembali ke perusahaan lebih dulu sedangkan dirinya masih ingin beristirahat dan bersantai di restoran itu.

Beberapa menit berlalu, seorang pria paruh baya dengan stelan jas mewah datang menghampiri dan duduk dihadapan Dewangga.

"Dewangga Valholter."

"Ya?" Dewangga menatap pria dihadapannya dengan bingung.

"Tak seharusnya kamu menggunakan marga keluarga Valholter."

"Maksud anda?"

"Kau bukan darah daging keluarga itu." Ucap pria itu kemudian berlalu pergi.

Awalnya Dewangga hanya menganggap perkataan pria itu hanya omong kosong belaka.

Namun kini, perkataan pria tersebut berputar di pikirannya seperti kaset rusak.

"Bang? Bang dewa?!" Marcellio mengguncang tubuh sang kakak.

Dewangga yang mendapat guncangan langsung tersadar dari lamunan.

"Abang kenapa?" Tanya Marcellio bingung.

"Tak apa, bagaimana kondisi ayah sekarang?"

"Dia sudah melewati masa kritisnya, dokter bilang mungkin besok pagi ayah akan sadar."

Dewangga mengangguk, "Abang belum mengabari bunda dan saudara kita, cepat kamu kabari mereka."

"Baiklah." Marcellio melangkah sedikit menjauh guna menelpon Arreta dan saudaranya yang lain.

Di Bandung, Arlavan baru saja ingin memejamkan matanya tapi dering ponsel membuatnya kembali terjaga.

"Hallo."

"Hallo bang, maaf mengganggu waktu istirahat Abang. Lio mau kasih tahu kalau ayah mengalami kecelakaan."

"Apa?! Abang dan yang lain akan ke sana sekarang!!" Arlavan langsung bangkit dari posisi rebahannya.

"Tidak bang! Ini sudah malam, kalian kembali besok pagi saja."

"Nggak! Kami akan pergi sekarang juga!"

"Berkendara di malam hari terlalu berisiko bang! Apalagi jika berkendara dalam keadaan panik. Lebih baik kalian kembali besok pagi saja!"

"Akan ku pastikan semua baik-baik saja. Kami semua akan pergi ke sana malam ini juga!"

"Baiklah terserah, Abang. Hati-hati."

Setelah panggilan telpon terputus, Arlavan langsung mengemasi barang-barangnya dan bergegas bangunkan adik-adiknya.

"Vino!!!" Arlavan membuka pintu kamar yang ditempati Marvino dan melihat jika sang adik masih belum tidur.

Really, like this a family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang