17. Bukan pelaku sebenarnya

1.4K 139 15
                                    

Happy Reading!!!


Siang hari telah berlalu, matahari pun sudah berganti tugas dengan rembulan. Namun Dewangga masih sibuk berkutat dengan berkas-berkas perusahaan.

"Tuan, ini semua berkas yang Anda minta." Ucap seorang pria yang merupakan sekretaris pribadi Dewangga.

"Niel!" Tegur Dewangga menatap tak suka kearah sekretarisnya itu.

Pria bernama lengkap Daniel Saputra hanya terkekeh melihat tatapan tak suka dari atasannya itu.

"Sorry-sorry, gue cuma bercanda elah!" Dewangga mendengus mendengar perkataan Daniel.

Disisi lain, Daniel menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dewangga - atasan sekaligus sahabatnya semasa sekolah.

"Oh ya, sepuluh menit lagi Lo ada jadwal meeting bersama tuan Jonathan dan rekan bisnisnya." Ucap Daniel dan diangguki oleh Dewangga.

"Kalau gitu gue balik ke ruangan gue dulu." Pamit Daniel kemudian melangkah menuju pintu.

"Tunggu_" mendengar suara Dewangga, Daniel menghentikan langkahnya dan berbalik.

"_tolong cari informasi mengenai seseorang, gue akan kirim foto nya." Ucap Dewangga sambil mengotak-atik ponselnya.

Ting

Daniel langsung mengecek pesan dari Dewangga. Daniel mengerutkan keningnya melihat foto seorang pria yang dikirim oleh sahabatnya itu.

"Masa Lo nggak kenal dia sih?"

Dewangga hanya menggelengkan kepalanya tanda tak tahu.

"Dia..."

Tok tok

"Maaf pak, saya cuma ingin menyampaikan pesan dari pak Jonathan kalau rapat dengan klien dimajukan jadi sekarang." Seorang karyawati masuk keruangan Dewangga.

"Baiklah." Karyawati tersebut mengangguk menanggapi perkataan atasannya dan pamit pergi.

"Kita ke ruang rapat sekarang. Mengenai pria di foto tadi, kita bahas nanti saja." Daniel hanya mengangguk kemudian mengikuti langkah Dewangga menuju ruang meeting.

Dewangga membuka pintu ruang meeting dan mendapati Jonathan yang sudah duduk di tempatnya sambil membaca sebuah berkas.

Dewangga mengangguk singkat kearah Jonathan sebagai tanda hormat kemudian duduk di tempatnya diikuti Daniel yang melakukan hal yang sama.

"Dewa, ini berkas untuk meeting hari ini. Baca dan pelajari sekilas." Ucap Jonathan sambil menyodorkan berkas yang tadi ia baca.

Dewangga hanya mengangguk menerima berkas tersebut dan mulai membacanya. Tak berselang lama pintu ruang meeting terbuka dan menampilkan seorang pria paruh baya yang terlihat gagah dengan Balutan jas kantor.

Dewangga membulatkan matanya terkejut melihat siapa yang datang. Refleks dirinya langsung berdiri dari duduknya.

"Maaf, saya telat."

"Tidak masalah, mari silahkan duduk." Pria itu tersenyum kemudian duduk berhadapan dengan Dewangga.

"Oh ya, Dewa. Dia Ardhika Raymond, rekan bisnis sekaligus teman SMA ayah."

Dewangga hanya diam menatap tak percaya kearah pria bernama Ardhika Raymond itu. Dia sungguh tidak menyangka jika dunia sesempit ini.

Pria yang pernah ia temui dan mengaku sebagai ayah kandungnya itu ternyata teman SMA sekaligus rekan kerja dari Jonathan.

Dunia benar-benar sempit.

***

Ketiga putra Valholter sudah kembali ke Jakarta. Arlavan menatap lekat Avzra yang duduk di sampingnya, adiknya mengepalkan tangannya dengan pandangan yang begitu dingin. Arlavan seperti melihat sosok lain di dalam diri sang adik.

Really, like this a family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang