42. Hendrik Raymond

537 71 30
                                    

Happy Reading !!!


Sudah setengah jam lamanya Dewangga berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya.

"Kenapa Avzra tidak bisa di hubungi?" Gumamnya sambil terus mondar-mandir dan berusaha menelpon Avzra.

Jika saja dirinya sekarang berada di Korsel, pastinya dia akan langsung mencari keberadaan Avzra. Dia akan ke rumahnya, ke kampusnya bahkan ke sirkuit langganannya.

Namun semua itu tidak bisa ia lakukan karena kini dirinya sedang berada di Indonesia.

Hendrik Raymond, kakek dari Dewangga memerintahkan kepada Dewangga untuk kembali ke Indonesia. Mau tidak mau Dewangga harus menuruti semua perintah sang kakek.

Dewangga pikir, mungkin kakeknya memanggil dirinya untuk melanjutkan menghancurkan perusahaan Valholter. Dia bahkan sudah menyiapkan dirinya untuk berperan menjadi peran antagonis di hadapan Marcellio.

Namun pemikirannya salah. Setibanya di Indonesia dia justru mendapatkan kabar kecelakaan Marcellio dan Marvino.

Dan satu kabar lagi yang baru ia dapatkan kini membuat dirinya tidak bisa tenang. Dia harus menghubungi Avzra, namun Avzra justru tidak bisa dihubungi.

Tok tok

Mendengar suara seseorang mengetuk pintu, Dewangga lantas segera menyimpan ponselnya dan bergegas membuka pintu.

"Kakek?"

"Cepatlah bersiap, Dewa! Kita akan pergi 10 menit lagi."

"Kita akan kemana, kek?"

"Menemui Jonathan Valholter." Dewangga terdiam mendengar perkataan sang kakek.

"Menurut informasi yang didapatkan, kondisi Jonathan sudah sangat kacau. Sudah pasti keadaannya akan semakin buruk jika dia tahu perusahaannya akan hancur. Dia akan gila." Jelas Hendrik dengan senyum licik di wajahnya.

Dewangga hanya bisa mengangguk dan terdiam melihat kepergian sang kakek.

"Sebentar lagi drama terakhir akan dimulai." Ucap Dewangga pelan sebelum kembali menutup pintu kamarnya.

Dewangga kembali berusaha menghubungi Avzra namun tidak ada hasil. Akhirnya pun pemuda itu memilih mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

***

Adella dan anak-anaknya telah sampai di Bandara internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Mereka pun langsung menuju mobil jemputan yang sudah disiapkan oleh Amelia dan Xion. Untuk sementara waktu, Adella dan putranya akan tinggal di kediaman keluarga Zergan.

Xion menyiapkan 3 mobil untuk menjemput ke Bandara. Kakak beradik Zergan ada di mobil yang sama dan beberapa detik yang lalu sudah pergi.

"Mom_" Adella menoleh kearah Avzra yang memanggilnya.

"Mommy pergilah bersama Abang. Aku dan Vriza akan mampir dulu ke rumah teman." Pamit Avzra sambil menarik Vriza menuju ke mobil.

Delvian hendak membuka suaranya untuk bertanya apakah dia boleh ikut dengan Avzra, namun tak jadi karena Avzra langsung melaju mobilnya.

Delvian yang melihat itu menundukkan kepalanya sedih.

Arlavan yang menyadari kesedihan si bungsu lantas langsung merangkul pundak Delvian.

"Berikan Avzra sedikit waktu lagi, hemm..." Delvian mengangguk pelan menanggapi perkataan Arlavan.

"Ayo, masuk ke mobil." Ajak Arlavan dan dituruti oleh Delvian.

Really, like this a family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang