01. Sebelas tahun berlalu

3.4K 228 14
                                    

Happy Reading!!!!

Waktu benar-benar berlalu begitu cepat. Selama sebelas tahun berlalu semuanya berubah drastis. Jika dulu mansion milik Jonathan Valholter dihiasi dengan tawa anak-anak, kini mansion mewah itu hanya dihiasi oleh keheningan.

Kehangatan keluarga yang dulu tercipta kini berganti dengan kecanggungan diantara semua penghuni mansion.

Jonathan yang dulu selalu pulang setiap malam, kini hanya pulang di akhir pekan saja. Semua itu karena alasannya untuk pulang perlahan menghilang.

Cahayanya perlahan padam, kehangatan hatinya perlahan mendingin bersamaan dengan mata Adella yang tak kunjung terbuka.

Seperti hari Senin sebelumnya, Jonathan bersiap untuk berangkat ke kantor. Pria dengan stelan jas kantor itu dengan wajah datarnya duduk di meja makan.

Arreta yang menyadari kehadiran Jonathan langsung menyiapkan sarapan untuk suaminya.

Tak berselang lama si sulung datang dan segera duduk di tempatnya, disusul oleh ketiga adiknya. Keempatnya pun duduk di deret meja sebelah kiri.

"Pagi sayang." Sapa Arreta kepada keempat putranya.

"Pagi, bunda." Sahut si bungsu.

"Mana adik-adik mu yang lain, Dewa?" Tanya Jonathan masih dengan tatapan dinginnya.

"Nggak tau, yah." Jawab dewa dengan nada cuek.

"Apa-apaan kamu? Kamu putra sulung keluarga ini, seharusnya kamu tahu segalanya." Tegur Jonathan tegas.

Dewa hanya diam melanjutkan sarapannya tanpa menanggapi Jonathan. Hal itu membuat Jonathan bertambah kesal.

Menyadari wajah sang ayah yang semakin dingin, Marvino angkat bicara.
"Bang Avan, Avzra dan Vriza masih bersiap di kamarnya, yah. Sebentar lagi mereka juga akan turun."

"Baiklah, lanjutkan sarapanmu." Marvino hanya mengangguk dan melanjutkan sarapannya.

Tak berselang lama, tiga putra Valholter lainnya pun datang dan mengambil duduk di deret kanan meja makan.

"Selamat pagi, dad." Sapa Avzra sebelum duduk ditempatnya.

"Pagi."

Sesi sarapan pun berlangsung dengan khidmat dan penuh keheningan. Hingga semuanya sudah menyelesaikan sarapannya.

"Delvian." Panggil Jonathan pada putra bungsunya.

"Iya, yah."

"Hari ini hari pertama mu di SMA, kan?" El hanya mengangguk membenarkan.

"Berangkat dengan Avzra dan Vriza."

"Dewa yang akan mengantar El ke sekolah." Sahut Dewa cepat.

"Tidak, kau harus ke kantor. Ada rapat penting pagi ini." Dewa hanya mendengus pelan mendengar ucapan sang ayah.

Sebenarnya dia sama sekali tidak tertarik dengan dunia bisnis. Namun karena dirinya putra sulung dan dituntut menjadi penerus perusahaan, dirinya harus merelakan impiannya untuk menjadi seorang pilot.

"Baiklah, yah. El berangkat dengan bang Avzra." Ucap El menyetujui perkataan Jonathan.

"Bagus." Ucapnya sebelum berlalu pergi, diikuti Dewa dibelakangnya.

Really, like this a family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang