46. Everything is done

767 91 11
                                    

Happy Reading !!!

Vriza melangkah semakin mendekat kearah tepi jurang, pemuda itu jatuh berlutut dan menangis sambil menunduk.

Vriza kembali mendongak kepalanya dan menatap kearah jurang.

"BANG AVZRA!!!" Teriaknya sambil menangis.

Vriza sungguh tidak ingin kehilangan saudaranya. Dia tidak ingin kehilangan kakak kembarnya.

"Vri..za..." Suara lirih seseorang terdengar ditelinga Vriza dan menghentikan tangisnya itu.

Vriza mengedarkan pandangannya ke segala arah, mencari asal suara lirih itu.

"Li..hat ke.. ba..wah!" Suara lirih itu kembali terdengar. Vriza sontak langsung mengarah pandangannya kearah bawah, tepatnya kearah jurang.

Disana terlihat Avzra yang mencekram erat akar pohon menahan tubuhnya agar tidak terjatuh kedalam jurang.

"Bang Avzra!?" Raut wajah Vriza berubah lega, abangnya masih bertahan.

Avzra tersenyum tipis melihat adiknya itu, "ban..tu..in!"

Vriza mengangguk dan bergegas mengulurkan tangannya kearah sang kakak. Avzra membalas uluran tangan itu dan berusaha untuk naik.

Vriza sekuat tenaga menarik tubuh sang kakak, namun karena postur tanah yang miring dan sedikit licin. Vriza kehilangan keseimbangannya yang menyebabkan dirinya ikut terjatuh.

Kedua saudara kembar itu terjatuh terguling-guling ke dasar jurang.

"Argh." Ringis Vriza saat tubuhnya menghantam sebuah pohon.

Vriza menoleh kearah Avzra yang hanya diam saja saat tubuhnya juga terhantam pohon. Vriza lantas segera menghampirinya.

Vriza membantu Avzra berdiri dan karena tidak bisa membendung kebahagiaan melihat saudaranya, pemuda itu lantas langsung memeluk tubuh penuh darah Avzra.

"Sssshhh."

"Eh." Vriza langsung melepaskan pelukannya saat mendengar rintihan sang kakak.

Vriza melongok menatap kearah punggung tegap Avzra. Matanya membulat sempurna saat mendapati kaos yang dipakai Avzra robek dan basah akibat darah.

Terdapat luka sayat yang begitu besar dan terlihat dalam di punggung sang kakak. Tak lupa terdapat luka tusukan yang masih mengeluarkan darah segar.

Vriza mengalihkan pandangannya menelisik seluruh tubuh sang kakak.

Keningnya robek parah dan berdarah, rambut belakangnya juga terlihat lepek akibat darah, dia pastikan kepala belakang Avzra juga terluka cukup parah. Kedua lengan Avzra juga dipenuhi oleh banyak luka bahkan masih ada beberapa pecahan kaca yang tertancap di sana.

"Gimana bisa Lo tetap berdiri tegak sedangkan Lo udah terluka sangat parah, bang?" Gumam Vriza pelan menatap mata sang kakak.

Avzra tersenyum tipis kemudian melangkah pergi sambil menggenggam tangan sang adik, "ayo kita pulang."

Vriza mendongakkan kepalanya keatas, "gimana caranya naik keatas? Nih jurang curam banget."

"Kita jalan aja dulu, gue bisa dengar suara arus sungai di bawah sana. Setahu gue kalau kita mengikuti arah arus sungai kita bisa menemukan pemukiman."

Vriza hanya diam dan mengikuti sang kakak. Hingga langkah mereka sampai di tepi sungai.

"Lo mau istirahat dulu?" Tanya Avzra.

Vriza menatap lekat wajah sang kakak. Di dalam pikirannya, jika mereka beristirahat maka waktu mereka akan terbuang sedangkan luka-luka Avzra harus segera diobati.

Really, like this a family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang