45. Finally

988 90 8
                                    

Happy Reading !!!

Vriza berhasil menyelamatkan anggota keluarganya dan membawa mereka keluar dari rooftop sebelum api semakin membesar.

Mereka semua melangkah dengan cepat menghampiri lokasi terjatuhnya Arlavan.

Tangis Adella tidak bisa terbendung lagi saat melihat Arlavan yang terbaring lemas dengan darah yang keluar dari kepalanya.

Arlavan masih sadarkan diri, pemuda itu masih berusaha untuk bangkit dari posisinya.

"Avan sayang..." Suara Adella menarik perhatian Arlavan.

Masih dalam posisi tengkurap dan kepala yang terbaring di tanah, Arlavan tersenyum tipis menatap sang Mommy.

Dengan hati-hati Adella membalikkan tubuh Arlavan dan memangku kepalanya.

"Jangan.... Menangis... Mom." Ucap Arlavan terbata dan sangat pelan.

Mendengar perkataan sang anak, Adella semakin terisak. Sedangkan Jonathan sudah jatuh terduduk dan menangis dalam diam disamping Adella.

Semua mengalihkan pandangannya kearah mobil yang baru saja datang. Tak hanya satu tapi ada tiga mobil sekaligus.

Tak berselang lama dari salah satu mobil, keluarlah Xion dengan wajah paniknya. Disusul oleh Zero dan Biru yang keluar dari mobil satunya lagi.

"Akhirnya aku menemukan kalian, maafkan aku karena terlambat datang." Ucap Xion menunduk.

Adella dan Jonathan hanya diam tidak merespon Xion. Dewangga yang melihat hal itu akhirnya angkat bicara.

"Tidak apa, Om. Sebaiknya Arlavan segera dibawa ke rumah sakit."

"Tunggu dimana bang Avzra dan bang Vriza?" Tanya Zero yang tidak mendapati kehadiran kedua sepupunya itu.

Karena terlalu fokus menatap kondisi Arlavan, mereka semua tidak menyadari kepergian Vriza. Pemuda itu berada dibelakang mereka tadi dan pergi tanpa diketahui siapapun.

Zero yang menyadari raut bingung semua orang lantas langsung berlari mencari keberadaan kakak-beradik kembar yang merupakan sepupunya itu.

Di tempat lain, Avzra tanpa henti menghajar dan memukuli Hendrik. Avzra tidak peduli meskipun Hendrik sudah berumur, pemuda itu tetap terus menciptakan luka di sekujur tubuh Hendrik.

Avzra menarik tubuh tidak berdaya Hendrik dan menghempaskan ke tanah. Mereka sudah berada di daerah luar bangunan tua.

Tanpa belas kasih, Avzra mencekram kerah belakang kemeja yang dikenakan pak tua itu dan menyeretnya kearah hutan.

Hendrik berontak berusaha melepaskan cengkraman Avzra, namun apalah daya dirinya yang sudah berumur. Mana mungkin dia bisa melawan Avzra, apalagi kini pemuda itu dipenuhi amarah.

Avzra tidak peduli meskipun tubuh Hendrik beberapa kali terbentur bebatuan di sepanjang jalan, dia tetap terus menyeret pria tua itu.

Langkah Avzra terhenti di dekat sebuah jurang. Dan alasannya berhenti adalah karena kini dihadapannya berdiri tubuh tegap seorang Ardhika Raymond.

Avzra menatap tajam kehadiran Ardhika.

"Kenapa kau menatapku seperti itu, huh?" Tanya Ardhika dengan senyum miring diwajahnya.

Really, like this a family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang