30. Action

716 83 5
                                    

Happy Reading !!!

Seminggu berhasil dilalui keluarga Valholter dengan damai. Meskipun Arreta belum tertangkap, tetapi masalah tidak menimpa keluarga mereka lagi.

Jonathan pun memutuskan untuk tidak memperkerjakan bodyguard lagi untuk mengawal anak-anaknya. Pasalnya, para putra Valholter sedikit risih karena aktivitasnya selalu dipantau, mereka merasa sedikit terkekang.

Seperti biasa, Arlavan datang ke kantor terlebih dahulu guna mengurus semua berkas-berkas penting perusahaan baru setelah itu dia menuju studio musiknya.

Pekerjaan Arlavan menjadi dua kali lipat setelah diri menduduki posisi Presdir perusahaan.

Sebenarnya Arlavan ingin meminta Dewangga untuk membantunya mengurus semua urusan kantor. Bagaimanapun Dewangga jauh lebih berpengalaman dalam urusan kantor.

Namun, hampir satu bulan ini Dewangga jarang menampakkan dirinya di kantor. Sehingga Arlavan harus mengurus segalanya sendiri.

Meskipun Arlavan memiliki sekretaris pribadi yang membantunya mengurus berkas kantor, namun Arlavan keteteran menyelesaikan pekerjaannya.

Banyak tender besar yang harus ia urus, ditambah banyak agensi musik yang memintanya menciptakan lagu baru untuk artist mereka membuat jam tidur Arlavan berkurang drastis.

Belum lagi, masalah keluarga yang terjadi. Semakin membuat Arlavan pusing memikirkan segalanya.

"Anda terlihat sangat pucat, tuan. Apakah anda sakit?" Tanya sekretaris pribadi Arlavan bernama Daniel.

Sebelumnya Daniel adalah sekretaris pribadi Dewangga dan kini beralih profesi sebagai sekretaris pribadi Arlavan.

"No, I'm fine." Ucap Arlavan pelan.

Namun selang beberapa menit, darah keluar dari hidung Arlavan.

"Tuan, anda mimisan!" Ucap Daniel panik. Dia dengan cepat menyodorkan kotak tisu kearah bos nya itu.

Arlavan dengan cepat menarik beberapa lembar tisu dan berusaha menghentikan pendarahan di hidungnya itu.

Tepat saat Arlavan berusaha menghentikan pendarahan, pintu ruangan terbuka dan menampilkan Jonathan.

"Avan, kau kenapa nak?" Tanya Jonathan khawatir bergegas menghampiri sang putra.

Arlavan diam sambil terus berusaha menghentikan pendarahan di hidungnya.

"Seperti tuan Arlavan kelelahan, tuan." Sahut Daniel.

Jonathan menoleh ke arah Daniel, "Niel, tolong siapkan teh hangat untuk Arlavan." Daniel mengangguk dan berlalu pergi.

Selang beberapa menit, Daniel kembali dengan nampan yang tersaji dua cangkir teh.

"Ini tuan." Daniel menyodorkan meletakkan nampan nya di meja tepat di hadapan ayah dan anak itu.

Pendarahan Arlavan sudah berhenti, Jonathan dengan telaten membantu sang putra membersihkan bekas darah yang sedikit mengenai kemeja putranya itu.

"Minum teh hangat dulu."

Arlavan menuruti perkataan sang ayah dan minum dalam diam.

"Daddy akan meminta Marcellio untuk membantumu mengurus perusahaan." Ucap Jonathan setelah terdiam beberapa saat.

Arlavan mengangguk menyetujui, dia benar-benar butuh bantuan.

"Tuan, teh nya." Daniel menyodorkan secangkir teh kearah Jonathan.

Jonathan mengambilnya lantas langsung meminumnya sedikit.

Daniel dalam diam menatap ayah dan anak dihadapannya itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

Really, like this a family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang