BAB 10: SURAT DARI KEPALA SEKOLAH

22 1 0
                                    

Ke esokan harinya,Zahra berjalan dengan langkah gontai dijalanan.penampilanya sudah tak karuan.Rambut yang terurai berantakan,pakaian yang sedikit sobek dibagian bahu,tidak mengenakan alas kaki.Dan tatapanya kosong.
Sekarang ini perasaanya terasa tak karuan.Apakah kesucian yang dia jaga selama ini telah direnggut? Siapa yang menjebak dirinya hingga seperti ini?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Zahra.

Flashback on

Zahra membuka matanya.Dia meringis merasakan sakit dibagian belakang kepalanya.Zahra mengedarkan pandanganya Dia melihat tempat yang asing baginya.

"Gue dimana?"

Zahra merubah posisinya menjadi duduk.Dia melihat bajunya yang sudah sobek dibagian bahu.Pikiranya mulai meracau kemana-mana.
Tiba-Tiba saja pintu kamar yang tertutup itu terbuka dan menampilkan seorang lelaki yang masuk kesana.

"Siapa kamu? Jangan mendekat!" Zahra beranjak dari duduknya lalu meraih tas yang tergeletak disampingnya.

Lelaki itu menatap Zahra dengan tatapan datar.

"Ya ampun mba,gak usah sok suci deh.Semalem saya liat Mba sama cowok masuk kamar ini,"

"Heh mas jangan asal bicara ya! Saya itu perempuan baik-baik,"

Usai mengatakan hal itu Zahra cepat-cepat keluar dari kamar itu.

Flashback off

Tak terasa Zahra sudah sampai di depan rumahnya.Dia harus mengatakan apa kepada Ranti?
Ranti yang melihat kedatangan Zahra langsung memeluknya.

"Ya ampun Nak kamu kemana aja? Kamu gak papa kan?"

Zahra melepaskan pelukan Ranti darinya.

"Zahra gak papa Tan.Maaf ya semalem Zahra gak ngabarin.Semalem itu,Zahra ditelpon sama temen Zahra.Katanya Dia kecelakaan.Dia minta Zahra buat temenin.Soalnya orang tuanya lagi diluar Negri.Karena panik,Zahra gak sempet Pamit sama Tante,"

"Ini kenapa baju kamu sobek?" tanya Ranti.

"Emm..ehh..ta-tadi Zahra gak sengaja keserempet motor terus jatuh,"

"Ya ampun Nak,Tapi kamu gak papa kan?" tanya Ranti cemas.

"Gak papa Tan,"

"Kamu keliatan pucet banget.Hari ini gak usah masuk sekolah dulu ya," ujar Ranti.

"Iya Tan,nanti Zahra minta tolong izinin sama Dimas.

Ranti pun membawa Zahra masuk kedalam rumahnya.

              🌻

Disisi lain Dimas sedang memasukan buku-bukunya kedalam tas.Satu notif masuk ke handphonenya.

Si Cantik

Dim Izin Gue hari ini
Gue sakit

"Ara sakit apa ya?"

Dimas menyampirkan tas dibahunya lalu berjalan menuruni tangga.Dia kembali tidak sarapan bersama kedua orang tuanya karena Dia hanya ingin menuju rumah Zahra untuk memastikan Zahra baik-baik saja.
15 menit kemudian,Dimas sampai di depan rumah Zahra.Dia segera turun dari motor lalu mengetuk pintu rumah Zahra.

Tok tok tok

Pintu terbuka.Tatapan Dimas terlihat sangat khawatir.

"Ara lo gak papa? lo sakit apa?" tanya Dimas sambil memegangi kedua bahu Zahra.

Zahra melepaskan tangan Dimas dari bahunya.

"Gue gak papa Dim,Cuma pusing aja.Lo gak usah khawatir.Mendingan sekarang Lo berangkat ke sekolah gih.Nanti telat lagi," titah Zahra.

"Yaudah Gue ke sekolah.Kalo ada apa-apa,Lo langsung telpon Gue ya," pesan Dimas.

"Iya Dimas.Udah gih berangkat,"

Dimas mengangguk mengiyakan.Lalu berjalan menuju motor dan menaikinya.
Setelah memakai helm,Dimas melajukan motornya pergi darisana.

              🌻

Tama bersama kedua temanya berjalan beriringan di koridor sekolah.

"Gue gak nyangka anak baru itu ngelakuin hal murahan,"

"Iya Gue liat fotonya yang udah kesebar tuh.Ih miris banget,"

"Gue kira si Zahra gak kayak gitu.Malu-maluin sekolah tau gak!"

Dito dan Razan merasa heran dengan berita miring mengenai Zahra.Sedangkan Tama hanya memasang wajah datarnya.

"Gue gak percaya Ayang Zara kayak gitu,"

"Yaelah Dit,Dia kan juga manusia biasa.Butuh duit kali," ujar Tama.

              🌻

Dimas memarkirkan motornya di parkiran lalu berjalan menuju koridor.
Dimas mendengar beberapa orang siswi disana membicarakan hal-hal buruk tentang Zahra.

"Gue liat fotonya Zahra sama om-om.Duh gak nyangka Gue,"

Dimas menatap tajam ke arah mereka.

"Maksud kalian apa hah ngomong yang enggak-enggak soal Zahra?" tanya Dimas.

"Apasih Dim,emang bener tahu.Nih Gue ada fotonya," Gadis itu menunjukan foto yang berada di handphonenya kepada Dimas.
Dimas betul-betul tak menyangka.Tetapi Dia juga tidak percaya jika Zahra seperti itu.Dimas melangkahkan kakinya pergi darisana menuju kelas.Di kelas pun,orang-orang masih sibuk membicarakan hal yang sama.Dimas menghampiri bangku Mika.

"Mik Gue yakin banget kalo Zahra gak kayak gitu.Dia tuh cewek baik-baik,"

"Iya Dimas lo tenang dulu.kita juga gak percaya,"

"Permisi kak,"

Tatapan mereka terfokus ke arah pintu.Disana,ada seorang gadis yang berdiri sambil membawa sebuah surat ditanganya.
Mika berjalan ke arah Gadis itu.

"Ada apa ya?" tanya Mika.

"Kak Zahra nya ada gak kak?" gadis itu malah balik bertanya.

"Belum dateng," jawab Mika.

"Oh kalo Gitu saya mau nitip surat dari kepala sekolah buat kak Zahra.Tolong disampein ya," Gadis itu menyodorkan sebuah surat kepada Mika.Mika pun menerimanya.

"Nanti Gue sampein sama Zahra," ujar Mika.

"Kalo Gitu saya permisi dulu," Gadis itu pergi darisana.

Mika kembali berjalan menghampiri teman-temanya.

"Ada apa Mik?" tanya Dimas.

"Gue gak tau.Oh ya Zahra kok belum dateng ya?biasanya sama lo Dim," tanya Mika.

"Dia sakit," jawab Dimas.

"Ya ampun.Gimana,kalo pulang sekolah nanti kita jengukin Zahra," ujar Rayna.

"Gue setuju.Sekalian Gue mau ngasihin surat ini sama Dia," timpal Mika.

ZAHRA AURELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang