Sudah hari Kamis, namun BEST masih belum merilis pernyataan, terlebih permintaan maaf kepada seluruh siswa. Hal ini pastinya menimbulkan keributan yang makin-makin. Sampai-sampai kepala sekolah ikut turun tangan, mendinginkan semua siswa untuk bisa lebih tenang dan sabar menunggu keputusan BEST. Tak hanya itu, kepala sekolah juga menuntut BEST untuk bertindak secepat mungkin sebelum kondisi makin tidak kondusif.
Imbas dari tekanan dari kedua pihak—pihak siswa dan pihak sekolah—membuat Sana makin tertekan. Belum lagi, Seven tidak pernah berbagi informasi apa pun terkait rencananya setelah hari itu ia mengatakan untuk tetap diam.
Tidak bisa! Sana tidak bisa diam lebih lama daripada ini. Benar kata kepala sekolah, kondisi makin tidak kondusif apabila ia hanya diam. Di saat Sana mulai kembali berniat untuk meminta maaf, di saat itulah Abyasa muncul memberi dukungan moral atas keputusan Sana untuk meminta maaf.
"Minta maaf nggak akan bikin lo keliatan rendah, San. Kalo gue jadi lo, gue pasti udah ngelakuin itu jauh-jauh hari. Selain buat meredam tekanan siswa, juga sebagai bentuk dedikasi lo terhadap BEST."
Inilah yang Sana butuhkan. Dukungan seperti ini. Bukan seperti anggota BEST yang menentang niatnya untuk meminta maaf. Terlepas ia benar-benar salah atau benar. "Makasih ya, Sa. Kamu bikin aku merasa yakin sekaligus tenang."
"It's okay, San. Itulah gunanya temen." Abyasa tersenyum sambil menepuk bahu Sana sekali.
"Kita... temen?" Sana sedikit terkejut mendengarnya.
Satu alis Abyasa terangkat, "Kenapa? Karena gue bukan anggota BEST, makanya lo nggak mau anggep gue temen?"
Sana langsung menggeleng cepat. Bukannya mau sombong atau apa, tapi semenjak Sana menjadi anggota BEST, waktunya memang lebih banyak ia pakai untuk berinteraksi dengan anak-anak BEST. Sana sampai lupa kalau di luar BEST, masih ada orang yang bisa ia sebut sebagai teman. Salah satunya ya Abyasa ini. "Makasih ya, Sa. Aku baru tau ternyata kamu sebaik ini."
Senyum lebar segera tercetak di wajah Abyasa. "No problem."
"Kalo gitu aku duluan ya? Aku mau ke ruang klub broadcasting."
"Mau minta maaf sekarang banget?"
"Iya. Aku nggak bisa nunda-nunda lagi."
Sambil menatap punggung Sana yang menjauh, senyuman di wajah Abyasa perlahan berubah menjadi sebuah tawa penuh kepuasan. "Dasar cewek bodoh!"
🎡🎡
"CEK, CEK."
Semua yang mendengar suara Sana melalui speaker sekolah mendadak berhenti beraktivitas. Apakah ini saatnya mereka mendengar penjelasan dari BEST? Atau baiknya adalah permintaan maaf mereka?
Sakaris yang berada di kelasnya, segera berdecak. Ia juga segera berlari ke kelas 12-1 untuk menemui Seven.
"Seven!"
"Bukannya gue udah minta dia buat diam?" wajah Seven tampak tengah menahan emosi. Sakaris sampai kesusahan menelan ludah melihatnya.
"HALO SEMUANYA, SELAMAT SIANG. INI AKU, FUYUKI SANA."
Tangan Marin yang sedang menulis di buku tulisnya segera terhenti. Ia tidak percaya kalau Sana akan benar-benar melakukan seperti apa yang sudah ia niatkan.
Sementara Ribi yang juga tengah menyimak suara Sana di dalam kelas 11-3 hanya diam tidak berkomentar.
"SEBELUMNYA, AKU MINTA PERHATIAN SEMUA YANG DENGER SUARA AKU SEKARANG INI. YA, AKU HARAP NGGAK ADA YANG MELEWATKANNYA."
Kegaduhan kembali timbul. Semua bersorak senang karena akhirnya hari yang mereka tunggu tiba. BEST buka suara. BEST speak up tentang kejadian yang merugikan banyak pihak kemarin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best Scandal
Teen Fiction(COMPLETE) Ada sepuluh siswa pilihan yang menjadi panutan siswa-siswa lain sekaligus menjadi andalan para guru di SMA Tribe. Selain memiliki image baik dan positif karena tidak pernah terlibat masalah, juga kontribusi mereka untuk sekolah, kesepuluh...