Scandal - 63

51 3 0
                                    

Ribi tak berhenti tertawa sambil menceritakan apa yang terjadi di sekolah dari hari sejak ia dan ke-5 mantan anggota BEST kembali, disusul dengan Seven, Sakaris dan Sana yang juga kembali di 2 hari berikutnya. Tentu saja itu tentang BEST gen-46 dengan kepemimpinan Abyasa yang menurutnya morat-marit. Hingga hari ini, jumlah kubu yang pro Abyasa dinilai mulai berkurang dan beralih ke kubu pro BEST gen-45.

"Pokoknya seru banget, Ver! Apalagi kalo lo liat tampangnya! Kocak tau nggak? Ya kesel, ya gondok, ya marah, ya dendam juga kali ya!"

Yang Ribi ajak bicara sejak tadi, tampak tidak ikut terbawa suasana. River diam. Tidak ikut tertawa. Satu-satunya yang ia lakukan hanya memperhatikan wajah Ribi. Masalahnya bukan karena cerita Ribi membosankan atau Ribi jelek dalam menceritakan sesuatu. Masalahnya adalah apakah River akan bisa melihat wajah kesal, wajah gondok, wajah marah dan wajah dendam Abyasa?

Hari ini sudah hari Sabtu. Hanya tersisa 1 hari baginya untuk bisa membuktikan dirinya tidak bersalah untuk skandal yang terjadi di masa lalu. Namun hingga hari ini, ia masih belum menemukan titik terang. Satu-satunya harapan yang ia punya, masih sulit ia hubungi.

"Ver? Halo, River! Lo dengerin gue nggak sih?" akhirnya Ribi sadar jika sedari tadi River tidak menyimak ceritanya.

"Seru banget kayaknya ya. Tanpa gue." kata River sambil membuang muka.

Di detik inilah Ribi baru sadar kalau River tidak menyukai ceritanya. Padahal niat Ribi bercerita seperti ini adalah untuk memberi tau perkembangan serta update peristiwa di sekolah yang River tinggalkan. Sama sekali Ribi tidak bermaksud untuk membuat River iri karena River tidak—belum bisa ikut bergabung bersamanya dan yang lain. "Sori." Ucap Ribi kemudian dengan pelan.

River hanya diam sambil mengambil gelas minuman di depannya.

"Jadi, lo udah sampe mana?" tanya Ribi hati-hati.

River menggelengkan kepalanya.

Kedua alis Ribi segera mengerut. Ia langsung lemas. "Ver..."

River hanya menghembuskan nafasnya kasar sambil bersandar pada sandaran sofa.

"Nyokap lo gimana? Waktu itu kan dia bilang nggak bakal tinggal diam, Ver? Terus bokap lo juga nggak bakal tinggal diam kan?" selemas-lemasnya Ribi, Ribi masih berharap agar apa yang terjadi pada River masih bisa diperjuangkan.

Lagi-lagi River menggelengkan kepala.

"Ver, jangan gitu dong!" seru Ribi sontak meremas lengan River.

"Selain gue, di rumah juga ada masalah lain."

"Masalah apa?" tanya Ribi cepat.

"Hunter."

Kening Ribi mengerut, "Hunter kenapa?"

"Dia ketauan make."

Remasan Ribi di lengan River sontak terlepas. Bersamaan dengan itu, kedua matanya membulat maksimal. "Hah? Maksud lo make narkoba?"

"Apalagi?"

Ribi terdiam. Mendadak ia ikut bingung dengan masalah yang tengah dihadapi oleh keluarga River. Ia ikut menyandar di sandaran kursi dengan tatapan kosong ke depan.

River meliriknya heran. Kenapa jadi Ribi yang malah kelihatan depresi?

"Jadi, lo udah nentuin mau pindah ke SMA mana? SMA Tantular? SMA Prapanca? SMA Soebroto? Kasih tau gue, Ver. Biar gue bisa nyiapin berkas sekarang juga." gadis itu menoleh, menatap kedua mata River lurus dan serius.

"Hah?" River heran sejadinya.

"Atau mau SMA Adhyaksa? SMA itu bagus juga, Ver."

Kedua ujung bibir River pun terangkat. Cowok itu tidak tahan untuk tidak tersenyum geli karena ucapan Ribi. "Kenapa jadi lo yang heboh nyari sekolah baru?"

Best ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang