Scandal - 61

54 2 0
                                    

Sambil menikmati sarapan, Seven membahas sesuatu yang serius. Yaitu tentang apa yang ia dapat dari Sigrid beberapa hari lalu. Sesuatu yang ia dapat dari Sigrid itu, ia yakini bisa membawa bencana di hidup Abyasa.

"Gue pikir kita bakal diem aja." Kata River dengan satu ujung bibirnya yang terangkat.

"Gue suka nih yang beginian." Timpal Ribi dengan ekspresi yang serupa.

"Jadi kapan kita akan bergerak? Sekarang? Besok dia bakal dinobatkan jadi ketua BEST yang baru. Gue nggak rela. Sampe kapan pun manusia bajingan kayak dia nggak pantes menduduki posisi itu." terlihat jelas wajah penuh amarah dan dendam tercetak di wajah Marin.

"Baru nyadar lo?" sindir Ribi.

"Anu, Marin. Aku denger kakak kamu sakit? Gimana keadaannya sekarang? Maaf, aku baru inget." Sambil mengalihkan sindiran Ribi, Sana bertanya hal lain pada Marin.

Marin mengangguk. "Udah baikan, Kak. Kalo belum baikan, gue nggak mungkin ikut ke sini."

"Syukur lah."

"Dasar adik dakjal! Pasti kakak lo sakit gara-gara lo kan?" dengus Kiel.

"Kiel, please." Lagi-lagi Sana mencoba melindungi Marin.

"Nggak papa, Kak. Mereka nggak salah kok. Nyatanya gue emang seburuk itu. Udah ngehianatin kalian, ngehianatin kakak gue juga. Gue pantes dikatain itu." Marin menyadari diri. Ia bahkan tidak membela diri.

"Emang harus begitu! Lo kalo bukan karena Bang Tujuh yang kelewat baik, mungkin udah sampe alam barzah!" seru Ribi.

"Ribi—"

"Tolong jangan keluar topik." Seven segera mengambil alih kendali. Ia tidak mau liburannya tercoreng oleh pertengkaran yang ia rasa tidak penting.

"Jadi, kapan?" Gangga segera menyahut.

"Secepetnya sebelum dia bener-bener menguasai BEST!" seru Topan tidak sabar.

Seven menggeleng. "Nggak. Kita biarin dulu dia megang BEST."

"Hah?!" siapa yang tidak kaget. Semua pasti kaget.

"Kita perlu buktiin ke anak-anak lain di sekolah, kalo orang yang mereka tunjuk jadi BEST ternyata bukan orang sebaik itu."

"Sekaligus kita tunjukkin ke dia, kalo jadi BEST nggak sesepele itu?" lanjut River.

Seven mengangguk. "BEST bukan sekedar tittle buat dapetin pride dan ngebanggain diri di atas anak-anak lain. BEST lebih dari itu dengan semua tanggung jawab dan kewajibannya. Kita liat, apa Abyasa bisa ngelakuin semua yang udah kita lakuin?"

"Kalo dia bisa?" tanya Kiel.

Bibir Seven melengkung, membentuk sebuah seringai, "Kita bikin nggak bisa."

Semua terbengong-bengong melihat ekspresi menyeramkan yang baru pernah Seven tunjukkan kepada mereka. Tidak salah Seven jadi orang yang disegani. Karena memang ia seperti itu!

"Sial! Gue makin bangga jadi bawahan lo, Bang!" seru Ribi senang.

Setelah selesai sarapan pagi yang lebih terkesan seperti meeting itu, akhirnya mereka bisa kembali bermain-main lagi di air dan jelajah pulau, sampai lupa waktu dan matahari tenggelam.

Sesuai dengan kesepakatan bersama, malam kedua sekaligus malam terakhir menginap di pulau ini, mereka akan mengadakan api unggun di halaman depan yang sekaligus menghadap ke arah pantai. Untuk menyemarakkan suasana, Sakaris sudah menyediakan gitar untuk ia genjreng-genjreng memainkan lagu dan bernyanyi bersama.

"Gue harap kita bisa wujudin 'BEST Reborn' yang sesungguhnya." Kata Seven menutup malam yang indah dan damai.

**

Best ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang