Scandal - 22

56 5 0
                                    

"Sang putri tidur akhirnya terbangun." Itu adalah kalimat yang pertama Ribi dengar setelah ia membuka matanya. 20 menit menjelang pelajaran usai, ia ketiduran. Pas bangun, di sampingnya ada Denver tengah tersenyum padanya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Ribi sembari menegakkan punggung. Ia sama sekali tidak kaget maupun terkejut dengan keberadaan Denver yang jelas-jelas bukan penghuni kelasnya, kelas 11-4.

"Ketemu lo. Cuma lo-nya tidur. Muka lo kayak capek banget, makanya nggak gue bangunin." Denver menjawab dengan kalem dan lembut.

Ribi hanya menghela nafas. Ia memang lelah karena project BEST yang selalu ada. Belum lagi ia harus banyak belajar karena akhir-akhir ini ia merasa tertinggal. Tapi apa daya, tadi malah ketiduran. Hm.

"Minum." Denver memberikan sekotak susu rasa strawberry kepada Ribi. Denver ingat betul, cewek itu sangat menyukai susu yang rasanya strawberry.

"Thanks." Ribi pun menerimanya dan segera menyedot minuman yang sebelumnya sudah Denver tusuk dengan sedotan di bagian lingkaran silver. Sambil menyedot minumannya, matanya bergerak-gerak memperhatikan beberapa teman sekelas yang masih ada di kelas, yang entah sejak kapan, mungkin sejak tadi memperhatikan dirinya dan Denver.

"Lo seriusan mau jadi volunteer?" Ribi membuka percakapan lebih dulu setelah susu kotaknya sisa separuh.

Satu alis Denver terangkat. Tidak seperti pas pertama bertemu, kali ini Ribi membuka obrolan lebih dulu dengan pertanyaan normal dan wajar. "Serius. Masa nggak sih?"

"Jangan mengacau." Ujar Ribi. Tegas dan dengan wajah yang serius yang ia tunjukkan pada Denver.

Denver sampai terdiam beberapa saat melihatnya, sebelum akhirnya ia kembali tersenyum. "Takut banget kalo gue ngapa-ngapain River." Meski Ribi hanya mengatakan dua kata, tapi Denver tau maksud ucapan gadis itu. "Project-nya kan di sawah. Sawah itu emang areanya berlumpur. Tapi bukan lumpur hidup kok. Jadi nggak bisa juga gue nenggelemin River di sawah." Lanjutnya sambil terkekeh.

"Kalo lo yang ngomong kayaknya gue susah buat percaya."

Kekehan Denver pun terhenti. Ia majukan wajahnya ke wajah Ribi agar ia tak perlu merasa khawatir orang lain akan mendengar apa yang akan ia katakan pada Ribi. "Jangan bikin gue makin jealous, Bi."

Ribi diam. Ekspresi wajahnya tidak berubah sama sekali.

"Yang bakal jadi pacar lo tuh gue, bukan River." Sambungnya kemudian sembari kembali menjauhkan wajahnya dari wajah Ribi. Kemudian ia kembali tersenyum untuk ke sekian kalinya pada Ribi. Disusul dengan ia yang selanjutnya juga melenggang pergi keluar dari kelas Ribi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Sekeluarnya dari kelas 11-4, senyum Denver seketika lenyap. Ia tidak bisa mempertahankan senyum itu lebih lama karena apa yang ia rasakan saat ini adalah kesal dan marah. Alasan kemarahannya tentu saja karena sikap Ribi yang terlalu mengkhawatirkan River.

River, River, River! Dari dulu sampai sekarang, Ribi tak pernah berubah! Selalu River!

Tepat di saat ia menggumamkan nama River di kepalanya, ia pun melihat River yang tengah berjalan di depannya. Kalau dari arah jalannya, sepertinya River hendak menuju ke kelasnya dan belum lama melintasi depan kelas 11-4 sebelum Denver keluar. Tanpa pikir panjang, Denver segera menyamai langkah River.

River langsung sadar. Ia melirik cowok yang tengah berjalan di sampingnya. Namun sedikit pun River tidak ada niat untuk bertanya, menegur apalagi say hi! Tidak sudi!

"Gue habis dari kelas Ribi." Denver berbicara sendiri karena tau betul River tidak akan menanyainya apa pun.

River mencoba kalem.

Best ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang