Scandal - 30

48 7 2
                                    

"HAH?!" Abyasa menjadi orang yang paling kaget setelah mendengar apa yang baru saja Denver katakan tentang adiknya. Bisma yang ada di tempat yang sama juga kaget, tapi tak sekaget Abyasa. Bagaimana tidak, barusan Denver bilang kalau Anjani berpacaran dengan Seven.

"Lo jangan ngaco. Tuh anak nolep, nggak ada menarik-menariknya. Dan yang paling penting, dia itu bodoh dan polos, nggak tau apa-apa!" Abyasa segera membantah pernyataan Denver begitu bisa menguasai diri dari rasa kaget.

Satu ujung bibir Denver terangkat. Ia menyeringai, "Oh ya?"

Melihat ekspresi di wajah Denver, Abyasa seketika terdiam. Ekspresi Denver seolah menunjukkan hal sebaliknya dari apa yang Abyasa jelaskan tadi tentang Anjani.

"Emang lo kenal sama Anjani?" Bisma menyela selagi Abyasa masih diam.

"Kayanya gue malah lebih kenal daripada kakaknya sendiri." Jawab Denver sembari mengulum senyum.

"Apa yang lo tau soal Anjani yang gue nggak tau?" Abyasa bertanya dengan wajah serius.

"Lo mau tau?"

Dua jam berlalu sejak Denver dan Bisma pulang dari rumah Abyasa. Sekarang, Abyasa tengah bersama Anjani menikmati makan malamnya. Hanya berdua. Di rumah yang besar ini, memang hanya mereka berdua yang meninggali. Ditambah dengan seorang pembantu. Hal itu berlangsung kira-kira dua tahun yang lalu sejak sang ibu mereka meninggal. Dan ayah mereka bekerja di luar negeri. Ayah mereka hanya akan pulang sesekali untuk menjenguk mereka.

Abyasa lebih dulu menyelesaikan makan malamnya. Namun ia tidak beranjak seperti biasa. Ia tetap duduk di kursinya, sambil memperhatikan Anjani yang masih menyelesaikan makanan di seberangnya.

Sekitar dua menit kemudian, baru Anjani sadari kalau sedari tadi kakaknya tengah memperhatikan dirinya. Dengan perasaan tidak nyaman, Anjani pun bertanya, "Ada apa?"

Setelah dua jam yang lalu Denver menceritakan semuanya tentang Anjani kepadanya—dan Bisma—kini pandangan Abyasa jadi berubah terhadap adiknya. Adik yang ia pikir hanya cewek bodoh dan polos, ternyata tidak seperti itu. "Jadi lo pernah pacaran sama ketua geng motor?"

Pertanyaan itu sontak membuat kedua mata Anjani terbelalak lebar. Kedua tangannya langsung lemas hingga sendok dan garpu terlepas dari genggaman. Sungguh kaget luar biasa Anjani ini, mendapat pertanyaan yang tidak disangka dari Abyasa.

"Dan sekarang lo pacaran sama ketua BEST?"

Makin kaget saja Anjani ini. Bahkan yang kedua ini jauh lebih mengkagetkan daripada yang pertama.

"Udah diapain lo sama Seven sampe Seven sudi jadi pacar cewek kayak lo?" sinis Abyasa kemudian sambil menyandarkan punggung ke sandaran kursi, sembari melipat kedua tangan di depan dada.

"Maksud Kak Yasa apa?" tanya Anjani tidak percaya. Bisa-bisanya kakaknya bicara seperti ini tentangnya.

"Lo tidur sama dia?"

"KAKAK!" serta merta Anjani berdiri sambil menggebrak meja. Baru pertama kali ini dalam hidupnya, Anjani berani bersikap seperti ini pada Abyasa. Karena ini sudah keterlaluan. Ini bukan sekedar tuduhan, melainkan penghinaan dan tindakan merendahkan harga diri orang lain, adiknya sendiri.

Abyasa tidak terpengaruh. Maksudnya, tidak ikut marah. Malah cowok itu tersenyum penuh makna. "Gue nggak bermaksud ngelarang hubungan lo sama Seven kok. Justru sebaliknya. Gue bakal dukung lo buat terus jadi pacar dia."

Anjani terdiam. Ia paham maksud senyuman dan perkataan Abyasa.

Perlahan Abyasa memajukan kepalanya untuk mendekati sang adik. Dengan senyum yang terukir mengerikan di wajahnya, ia berkata, "Sekarang gue udah punya senjata yang paling ampuh buat ngehancurin Seven dan BEST."

Best ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang