Scandal - 33

45 8 0
                                    

Di tempat parkir Rumah Sakit Pelita Bunda sekarang mobil River berhenti. Dengan cepat, bahkan tanpa sempat berkata-kata pada Ribi, River segera keluar dari mobil. Meninggalkan Ribi begitu saja di dalam mobil. Ribi sempat kesal sih. Maksudnya, apa tidak bisa River menjelaskan sedikit saja apa yang sebenarnya terjadi? Kalau seperti ini, Ribi kan jadi bingung. Makanya agar tidak bingung, Ribi juga memutuskan untuk turun. Mengejar River.

"Mama!" seru River begitu memasuki sebuah kamar inap VIP. River langsung berlari menghampiri seorang perempuan cantik sedang duduk di atas ranjang pasien sambil memegang sebuah apel berwarna merah.

Sampai di hadapan sang bunda, River segera menggenggam kedua tangan mama sampai apel terjatuh begitu saja ke lantai. "Ma, Mama kenapa? Kenapa Mama bisa ada di sini? Masa sakit? Sakit apa, Ma?"

Mama River yang bernama Are ini terlihat bingung. Karena itu, ia menoleh pada seorang cowok yang sejak tadi sudah ada bersamanya. Bermaksud bertanya, apa yang tadi ia sampaikan pada River sehingga River sepanik ini?

"Ma, jawab dong! Jangan diem gini! River jadi nggak tau!" seru River yang saking cemas dan khawatirnya, sampai menaikkan nada bicaranya pada Are.

"Yang tenang, yang tenang, River. Ma—"

"Yang tenang gimana? Mama masuk rumah sakit! Dan sekarang lagi dirawat!"

"Iya, memang Mama masuk rumah sakit dan lagi dirawat. Tapi Mama nggak kenapa-kenapa."

"Kalo nggak kenapa-kenapa, kenapa masuk rumah sakit dan dirawat?"

Sebuah apel mendarat di kepala River dan jatuh di atas selimut Are. River segera menoleh ke belakang untuk mencari tau pelaku yang telah membuat kepalanya sakit.

"Kalo lo marah-marah gitu, nanti Mama beneran sakit." kata si pelaku. Si cowok yang sedari tadi menemani Are. Ia adalah Hunter.

"Lo pikir Mama sekarang lagi pura-pura sakit?" River kesal pada Hunter yang tampak begitu santai memakan pisang.

"Ma, buruan jelasin deh. Biar nih anak nggak marah-marah mulu." Hunter meminta Are untuk menjelaskan.

Perhatian River pun kembali tertuju pada Are.

"Jadi, tadi Mama lagi latihan yoga ngikutin video di youtube. Tapi pas gerakan yang kakinya diangkat, terus punggungnya diturunin, itu Mama salah gerakan. Jadinya punggung Mama sakit deh. Terus kata Bi Zul suruh diurut aja. Cuma Mama kan takut ya kalo diurut gitu. Geli juga gitu, badannya digrepe-grepe sama tukang urut. Jadi ya udah, mending Mama minta Hunter buat dianterin ke rumah sakit aja. Sekalian nginep sehari." Sambil menjelaskan kronologi Are bisa sampai sekarang, dengan santainya perempuan itu memakan buah pisang yang diberi oleh Hunter.

"Nih, Ma. Pisangnya mau lagi nggak?" Hunter kembali memberikan Are pisang.

"Mau, mau, mau. Ini pisangnya beli di mana sih? Kok enak banget ya? Ver, kamu cobain deh. Pisangnya enak loh. Beneran deh, Mama nggak bohong. Iya kan, Ter?"

Seketika River pun terduduk. Rasa khawatir, panik, cemas seketika hilang. Agak kesal sih, memang. Sudah sekhawatir itu, eh yang dikhawatirkan malah kurang tau diri. Tapi baguslah. Lebih baik seperti ini bukan?

"Eh, Ma. Bentar. Ini martabak pesanan aku udah dateng. Aku ambil dulu di luar ya?" Hunter lekas pergi keluar kamar setelah mengecek notifikasi aplikasi pesan antar makanan.

Begitu Hunter di luar, terdengar sebuah suara jeritan orang kaget. Are dan River yang ada di dalam sontak kaget. Are buru-buru menyuruh River keluar untuk mengecek. Tau apa yang terjadi? Hunter menjerit karena melihat Ribi seperti bertindak seperti penguntit yang sedang menguntit keluarga bahagia sejahtera dan damai sentosa.

Best ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang