"Mana Kak Seven?!" dengan nafas terengah dan dengan nada cukup tinggi, Anjani bertanya pada Eksa. Cowok yang telah mengabarinya beberapa saat lalu bahwa Seven dalam bahaya. Memang tidak secara eksplisit. Tapi dari ketikan Eksa yang menyebut 'pacar lo' menandakan kalau itu memang Seven.
Di tempat Anjani berada saat ini ramai dengan para remaja yang kebanyakan cowok. Maklum, ini adalah markas geng motor yang dipimpin oleh Eksa. Kebanyakan dari cowok-cowok itu juga Anjani kenal.
"Kak Seven mana?!" sekali lagi Anjani bertanya pada siapa pun orang-orang yang mendengarnya. Namun lagi-lagi ia tak mendapat jawaban. Malah, cowok-cowok di sekelilingnya itu tertawa.
Karena tak tau di mana Seven, Anjani pun mengganti pertanyaannya, "Mana Eksa?" Memang setelah Anjani edarkan matanya, ia tak melihat Eksa ada di antara cowok-cowok itu. Selain Eksa, Anjani juga tidak melihat keberadaan Denver.
Suara tepukan tangan dalam tempo yang lambat tiba-tiba terdengar. Anjani segera membalikkan badan ke arah datangnya suara itu. Dari tempat itulah, Eksa muncul sembari menyeringai lebar.
Dengan langkah hati-hati, Anjani berjalan menghampiri Eksa yang otomatis berhenti. "Di mana lo nyembunyiin Kak Seven?"
Eksa tidak menjawab.. Cowok itu malah tersenyum menyebalkan. Yang mana senyumnya membuat Anjani makin yakin kalau Seven berada dalam bahaya.
"Ek—" suara Anjani tercekat begitu saja ketika ia melihat seseorang muncul dari arah belakang Eksa. Mata Anjani membelalak selebar-lebarnya. Mulutnya menganga, hendak mengucap sesuatu namun tak sampai.
Kalau Seven yang muncul, Anjani sudah mengantisipasi itu. Ini, yang muncul bukanlah Seven. Melainkan kakaknya sendiri, Abyasa!
Melihat Anjani se-shock itu karena melihat Abyasa ada di tempat yang sama, membuat tawa Eksa meledak. Cowok itu terbahak, senang luar biasa.
Namun sedikit pun Anjani tidak terpengaruh dengan tawa Eksa. Bagaimana akan terpengaruh jika isi kepalanya hanya berputar tentang kakaknya saja? Ia bahkan sampai lupa dengan tujuan awalnya ke tempat ini, untuk mencari Seven. "Kak... Kak Yasa... Kenapa... Kenapa?"
"Secinta itu lo sama Seven, sampe lo bersedia segampang itu masuk ke sini?" sinisan Seven seketika menyadarkan Anjani kembali tentang Seven.
Dengan cepat, Anjani segera menatap Eksa lagi.
Sebelum Anjani sempat berkata-kata, Eksa rupanya dua detik lebih cepat. Ia memerintahkan 2 anak buahnya untuk menangkap kedua lengan Anjani dan mengikatnya di sebuah kursi yang telah disediakan. Tentu saja Anjani memberontak. Tapi namanya cewek, mau sekuat apa pun, tetap akan kalah ketika berhadapan dengan dua cowok sekaligus. Yeah, kecuali cewek itu sekuat Captain Marvel atau sekelas Wonder Woman.
"Lepasin gue! Lepas!" gadis itu masih meronta saat kedua tangannya sudah terikat dengan kursi. Ia menjegal-jegalkan tubuhnya, berharap dengan seperti itu ikatan akan terlepas.
Sayangnya tidak. Ikatan itu tidak akan mungkin terlepas hanya dengan usaha sekecil itu. Harus ada yang membukanya dengan tangan atau mengirisnya dengan pisau. Dan dari banyaknya orang di tempat itu, tak ada satu pun yang mau menolongnya melepas ikatan itu.
Termasuk Abyasa.
Karena itu, dengan tatapan penuh kemarahan, Anjani menatap tepat di kedua manik mata sang kakak. Abyasa-lah orang yang saat ini paling Anjani benci di tempat ini, bahkan di dunia ini. Kakak mana yang akan membiarkan adiknya diperlakukan seperti ini?
Ah, Anjani lupa. Memang apa yang bisa Anjani harapkan dari kakaknya? Sejak kematian ibunya, sikap Abyasa berubah drastis. Tak ada lagi sosok kakak yang melindungi dan mengayomi adiknya. Yang ada hanya kakak yang dingin, bahkan menganggap adiknya tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Scandal
Teen FictionAda sepuluh siswa pilihan yang menjadi panutan siswa-siswa lain sekaligus menjadi andalan para guru di SMA Tribe. Selain memiliki image baik dan positif karena tidak pernah terlibat masalah, juga kontribusi mereka untuk sekolah, kesepuluh siswa pili...