Hari Rabu malam menjadi malam yang kelam bagi Marin. Selain mendapat hukuman skorsing 3 hari, di malam ini, ia mendapati kenyataan bahwa sang kakak satu-satunya baru saja dirawat di rumah sakit karena telah mengalami keguguran! Apa tadi? Ya, keguguran!
Setelah skandal dirinya dan Elang terkuak sampai ke telinga Felin, Felin memang tidak bereaksi apa-apa selain diam. Setelahnya, Felin jadi lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit. Bahkan beberapa hari ini sampai tidak pulang. Tentu saja hal ini Felin lakukan agar ia tidak perlu bertemu dengan Marin. Adik kesayangan yang telah tega menyakiti dan menghianatinya!
Tanpa pikir panjang, Marin segera ke rumah sakit tempat Felin dirawat sekaligus bekerja. Ketika menemuinya, kondisi Felin sudah membaik. Namun Felin masih belum sadarkan diri. Marin pun jatuh terduduk di kursi, samping ranjang Felin terbaring.
Jika skandalnya tidak terkuak, pasti Marin akan marah besar pada Elang dan Felin karena ternyata Felin sedang mengandung anak Elang yang entah berusia berapa minggu itu. Namun, setelah semuanya terkuak, saat ini Marin tidak bisa merasakan apa-apa selain rasa sakit.
Marin sadar betul, seberapa sakit yang harus Felin rasakan setelah penghianatan yang dilakukan olehnya dan oleh Elang. Terlebih Felin juga tengah mengandung anak Elang. Dan sekarang, Felin sudah harus kehilangan anaknya sebelum sempat menghirup nafas dunia.
"Maafin aku, Kak! Maafin aku! Aku benar-benar menyesal, Kak! Tolong, maafin aku!" Marin menangis dengan dada yang amat sesak di hadapan sang kakak yang terbaring lemah. Sedikit banyak, pasti dirinyalah yang telah menyebabkan sang kakak jadi seperti ini. Kondisi hamil biasanya mengharuskan si perempuan itu harus selalu dalam kondisi 'waras' baik secara mental maupun fisik. Namun karena skandal Marin dan Elang, Felin tak lagi bisa merasakan itu. Ia sakit secara batin, psikis dan fisik.
"Rasanya aku benar-benar malu! Aku benar-benar merasa udah nggak berhak lagi hidup, Kak! Jadi aku mohon, Kak Felin harus bertahan! Kak Felin harus hidup! Apa pun yang terjadi, aku mohon, Kak!" dalam tangisnya, Marin menundukkan wajah dalam-dalam sambil menggenggam erat tangan sang kakak, seolah ia tidak mau melepasnya dan takut melepasnya.
Pelan namun pasti, tangan yang Marin genggam bergerak. Marin yang menyadari, sedikit melebarkan kedua mata dan terdiam seketika. Setelah makin yakin jika tangan Felin benar-benar bergerak, Marin mulai mengangkat wajah. Menatap wajah sang kakak yang telah membuka mata.
Mendadak suara Marin tercekat. Mendadak tenggorokannya terasa kering. Lidahnya pun kelu. Jika tadi ia bisa berkata secara lancar, mendadak ia menjadi kesusahan untuk berbicara.
"Bodoh." Itu adalah kata-kata yang Marin dengar pertama kali dari mulut Felin sejak hari skandal Marin terkuak.
Marin terdiam sambil menahan nafas tanpa sadar.
"Kenapa adik aku sangat bodoh." Lanjutnya dengan suara yang pelan dan serak.
Air mata Marin kembali menetes.
"Daripada kamu berpikiran kamu nggak berhak buat hidup, lebih baik kamu pikirkan bagaimana caranya untuk memanfaatkan hidup yang kamu miliki mulai sekarang."
Lagi-lagi kedua mata Marin melebar.
Felin yang semula menoleh menatap sang adik, kini pandangannya tertuju ke langit-langit rumah sakit yang putih dan terang. "Ketika kamu berani melakukan kesalahan itu, kamu juga harus berani menghadapi kenyataan hidup setelahnya."
"Kak—"
"Mungkin kamu sepenuhnya salah. Atau mungkin aku yang sepenuhnya salah. Sebagai satu-satunya anggota keluarga yang tinggal bersama, aku terlalu jarang menghabiskan waktu sama kamu. Aku terlalu sibuk dengan dunia aku sendiri. Sampai aku lupa, ada seseorang yang juga memerlukan figur aku sebagai seorang kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Scandal
Teen FictionAda sepuluh siswa pilihan yang menjadi panutan siswa-siswa lain sekaligus menjadi andalan para guru di SMA Tribe. Selain memiliki image baik dan positif karena tidak pernah terlibat masalah, juga kontribusi mereka untuk sekolah, kesepuluh siswa pili...