Senyum Denver merekah begitu cewek yang ia tunggu akhirnya tiba. Cewek itu jika tidak menggunakan seragam sekolah terlihat jauh lebih cantik. Apalagi dengan hotpants yang ia pakai. Menimbulkan kesan cute dan seksi dalam waktu yang bersamaan.
"Mau ngomongin apa?" tanya Ribi begitu duduk di seberang Denver. Di sebuah coffee shop tengah kota yang cukup ramai di hari Kamis malam ini. Tempat yang Ribi pilih ketika Denver mengajaknya untuk bertemu karena ada hal penting yang harus ia sampaikan.
"You're so cute, Bi."
"Dari dulu kan?"
Tawa Denver segera pecah. Gadis ini memang paling tidak bisa untuk ia puji. Tidak mempan! "Lo bawa mobil sendiri? Atau lo dianter supir?" tanyanya kemudian.
Ribi mendecak. "Udah deh. Buruan kenapa sih? Nggak usah banyak tanya kayak wartawan."
"Biar lamaan dikit, Bi." Kata Denver tanpa menutup-nutupi tujuannya yang sengaja berbasa-basi.
Ribi hanya mendengus. Lalu ia melirik segelas minuman dingin di hadapannya. "Ini minum gue?" tunjuknya.
"Ya, buat lo. Minum gih, mumpung es-nya belum cair."
"Nggak lo kasih racun kan?"
"Daripada ngasih lo racun, mending ngasih lo jampi-jampi biar bucin ke gue."
Ribi kembali mendengus. Lalu ia pun mengambil minuman dingin itu dan meminumnya.
"Bi," cowok itu memanggil.
"Hm?" sambil mengembalikan gelas ke meja, Ribi menggumam.
"Gue bakal ngasih tau ke semua orang tentang siapa sebenernya River."
Kening Ribi seketika mengerut. Sepertinya Denver sudah mulai serius menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan kepadanya.
"Lo nggak lupa kan, tujuan gue ke Tribe untuk apa?"
"Ver—"
"BI!" tanpa sadar suara Denver meninggi. Sontak Ribi kaget. Bahkan ia sendiri yang membentak Ribi juga ikut kaget. "Sori..." ucapnya kemudian dengan pelan dan segera menyesali bentakannya.
Ribi hanya diam. Tak mengatakan apa-apa.
"Ini bukan cuma tentang River. Tapi ini juga tentang Enzo."
Nafas Ribi seketika tertahan. Tangannya tanpa terasa juga sudah terkepal di atas pahanya.
**
Ribi terus tenggelam dalam pikirannya selama ia berada di dalam mobil, sepulang dari pertemuannya dengan Denver. Kepalanya terkulai, menempel di kaca samping. Matanya terus tertuju pada pemandangan samping. Yang ramai dan bising oleh kendaraan yang padat merayap.
Enzo. Nama yang sudah tidak pernah Ribi dengar sampai tadi Denver menyebutnya. Nama itu dulu seringkali terngiang di kepala Ribi. Bahkan ketika ia di SMP, nama itu selalu hadir bersama nama-nama lain seperti Denver dan... River.
Namun karena suatu yang tak terduga terjadi, Enzo memilik nasib yang berbeda darinya, dari Denver dan dari River. Enzo—
"Non," panggilan sang supir membuat Ribi tersadar.
"Mmm, iya, Pak?"
"Mau Bapak anter pulang kemana?"
"Ke rum—hotel aja, Pak." Ribi sempat ragu sebelum memutuskan untuk pulang ke hotel.
"Nggak ke rumah aja, Non? Rumah sepi loh, Non."
"Ada Bi Jum, Bi Nani. Ada juga sound system, karaoke. Harusnya nggak sepi, Pak." Canda Ribi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Scandal
Teen FictionAda sepuluh siswa pilihan yang menjadi panutan siswa-siswa lain sekaligus menjadi andalan para guru di SMA Tribe. Selain memiliki image baik dan positif karena tidak pernah terlibat masalah, juga kontribusi mereka untuk sekolah, kesepuluh siswa pili...