Scandal - 20

69 7 2
                                    

SMA Persada melalui perwakilannya yakni Moldy dan Quina, hari ini akhirnya datang ke SMA Tribe untuk membahas project kerja sama antar dua sekolah itu. Seperti yang sudah Seven informasikan dua hari lalu, cowok bernama Moldy ini adalah ketua OSIS SMA Persada, sedangkan Quina adalah sekretarisnya. Kedatangan kedua orang asing itu di SMA Tribe, tentu menimbulkan pertanyaan bagi para siswa SMA Tribe. Pasalnya, berita tentang project kerja sama antar sekolah itu memang belum ada yang tau selain BEST sendiri.

Kedatangan mereka di SMA Tribe tidak lama, kurang lebih hanya dua jam. "Thanks. Gue harap, dengan bekerja sama dengan kalian, project ini bisa berjalan sukses." Moldy menjabat tangan Seven sebagai perwakilan BEST sesaat setelah kesepakatan.

"Pasti." Ujar Seven tegas.

"Wah, gue nggak sabar nunggu hari itu tiba!" seru Quina tampak begitu antusias, riang dan gembira, sembari melirik salah satu anggota BEST.

"Semuanya, kami pamit dulu ya?" Moldy pun perpamitan untuk kembali ke sekolahnya.

"Duluan ya, guys!" imbuh Quina.

Dengan diantar oleh Seven, keduanya pun akhirnya keluar dari campbest. Dan begitu ketiga orang itu sudah tidak ada di campbest, ruangan yang biasanya hening itu mendadak jadi berisik.

"Project gila!" desis Marin.

"Bang, kok Bang Tujuh mau-mau aja sih? Oke kalo dia mau, ya udah, minimal jangan seret gue!" Ribi juga tampak begitu kesal.

Sakaris hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil cengengesan.

"Kita tuh pelajar! Bukan petani!" dengus Kiel.

"Lama-lama gue resign juga dari BEST." Gumam Gangga sambil menghembuskan nafasnya yang berat.

"Guys, nggak ada salahnya kok kita jalanin project ini. Ayolah, kita pasti bisa kok. Kita pasti mampu." Sana berusaha menenangkan adik-adik kelasnya yang tampak kesal dengan keputusan yang telah disepakati.

"Masalahnya, Kak, project ini tuh terlalu makan tenaga banget." Ikky yang biasanya iya-iya saja juga terlihat mengeluh.

"DASAR MENTAL LEMAH! LO PADA NGGAK MALU SAMA ORANG-ORANG TUA YANG FISIKNYA BAHKAN UDAH NGGAK KUAT, TAPI MASIH MAMPU BEKERJA KERAS?! MALU! HARUSNYA KALIAN MALU! ITU KALO KALIAN MASIH PUNYA OTAK YANG BERFUNGSI!" Topan angkat bicara. Ia sendiri tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merasa keberatan dengan project itu. Baginya, itu adalah konsekuensi yang harus ia terima saat ia memutuskan untuk bergabung dengan BEST.

"Ya udah kalo gitu, bagian gue lo wakilin aja. Lo kan yang mentalnya nggak lemah, yang punya otak yang masih berfungsi." Ribi segera menyahut.

"HAH?!" Topan makin meradang.

"Wakilin gue juga, Pan. Nggak papa gue dikatain mental lemah daripada gue harus capek-capek berkecimpung di lumpur, panas, sakit punggung dan semuanya!" Kiel ikut sepakat dengan perkataan Ribi.

Topan mendesis. Ia kesal. Kenapa orang-orang ini tidak paham konsekuensi ketika masuk ke BEST sih? BEST kan memang perwakilan siswa, yang salah satu tugasnya juga menjalankan project-project mereka yang bermanfaat bagi siswa lain, sekolah maupun masyarakat. "MENDING KALIAN MUNDUR AJA DARI BEST KALO SEGINI DOANG NYALI KALIAN!"

"Ada apa ini?" Seven pun kembali setelah mengantar dua perwakilan SMA Persada. Ia heran dengan keadaan campbest yang terasa panas. Tidak sedingin biasa.

"Bang, kita keberatan dengan project itu!" Ribi langsung menjawab tanpa ragu.

"Bukannya udah diputusin tadi?" Seven menyahut cepat, namun santai.

Best ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang