Scandal - 45

55 6 0
                                    

Hanya berdua di dalam campbest. Terasa begitu sunyi, sepi dan hening. Sampai suara helaan nafas juga bisa terdenger. Ya, itu masih lebih baik daripada harus mendengar detak jantung yang menggila begitu memasuki ruangan ini.

"Minum." Seven mendorong gelas berisi teh hangat yang sebelumnya sudah ia letakkan di atas meja. Ia dorong agar lebih dekat dengan Anjani yang duduk di seberangnya. Sesuai permintaannya lewat Ikky, kini Anjani sudah berada di dalam campbest. Berdua. Hanya bersama dengan Seven saja.

Anjani hanya mengangguk. Namun sama sekali ia tidak menyentuh gelas itu. Ia hanya memperhatikan isinya saja yang berwarna coklat dan tenang. Tidak seperti dadanya yang bergemuruh hebat.

"Apa kabar?" Seven kembali memecah suasana dengan menanyakan kabar Anjani.

Anjani jadi serasa mengecil. Bukankah yang seharusnya tanya kabar itu dirinya? "Kak Seven... apa kabar?" Ya, memang dirinyalah yang seharusnya bertanya kabar.

"Kalo gue belum baik, gue pasti nggak di sini sekarang."

Jawaban Seven membuat penyesalan serta rasa bersalah Anjani kian jadi. Kedua tangannya ia rapatkan satu sama lain. Begitu erat.

"Gue denger kemaren lo sempet nginep di tempat Cassie. Tapi pada akhirnya lo dijemput paksa Abyasa. Apa di rumah, Abyasa ngapa-ngapain lo?"

Terenyuh! Anjani benar-benar terenyuh! Bahkan Seven masih bertanya tentang keadaan dirinya! Padahal sudah jelas yang diapa-apakan Abyasa adalah Seven sendiri. "Kak,"

"Ya?"

Dengan gerakan pelan, Anjani memberanikan diri mengangkat wajah, menatap wajah Seven yang sudah sedari tadi menatapnya. "Maafin saya. Saya benar-benar minta maaf, Kak. Saya yang udah bikin Kak Seven jadi menderita. Saya yang udah bikin Kak Seven jadi harus menanggung semua rasa sakit itu. Saya... saya..." Anjani kembali menunduk. Tidak sanggup meneruskan kalimatnya karena tangis yang mendadak pecah. Dadanya nyeri, tenggorokannya sakit. Sementara matanya tidak berhenti meneteskan air mata.

"Ya, lo bener. Kalo waktu itu gue nggak kepancing video call lo, gue mungkin nggak harus ngelewatin masa-masa kemarin."

Anjani memejamkan kedua matanya erat-erat. Tanpa ampun Seven mengiyakan semua perkataannya! Padahal jauh di lubuk hati terdalamnya, Anjani ingin Seven sedikit mengelak.

"Tapi kalo gue nggak dateng saat itu, gue pasti bakal menyesal."

Kedua mata Anjani perlahan terbuka.

"Karena udah gagal nolong murid SMA Tribe."

"T-tapi, Kak... Itu kan emang sandiwara yang udah—"

"Sekaligus gagal ngelindungin cewek yang gue suka." Lanjut Seven memotong kalimat Anjani.

Anjani terdiam, membatu dan membeku seketika. Mendadak otaknya nge-blank. Perkataan Seven terlalu sulit ia cerna.

"Lain kali gue nggak mau denger lo minta maaf ke gue. Lebih dari itu, gue lebih seneng kalo lo bilang makasih ke gue, Anjani Roro Prasasti."

**

Senyum di wajah Cassie seketika merekah begitu melihat siapa yang datang berkunjung malam ini ke rumah. He's Cancer, Gangga. Entah sudah berapa lama Gangga tidak pernah mengunjunginya, atau bahkan menemuinya di sekolah. Ya, Cassie tau sih, itu bukan hal yang mudah mengingat hubungan yang mereka jalani bisa dibilang hubungan... terlarang!

"Kak Gangga kenapa nggak ngabarin aku dulu kalo mau ke rumah?" tanya Cassie dengan senyum malu-malu kucing.

"Biar surprise."

Wajah Cassie sontak bersemu. "Mau masuk?" masih dengan malu-malu kucing, selanjutnya Cassie mempersilahkan cowok itu masuk.

Namun Gangga menggeleng. Ia malah lebih memilih duduk di kursi teras depan rumah Cassie.

Best ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang