Ribi melotot sejadinya saat pertama kali matanya terbuka pagi ini, yang ia lihat adalah wajah River yang berada begitu dekat dengan wajahnya. Dengan cepat, ia segera menggulingkan badan ke arah kiri. Ia pun meringis sembari meremas rambutnya yang berantakan.
"Aaaargh!" ia menjerit singkat untuk melampiaskan perasaannya saat ini. Kaget, terkejut, marah, dan kesal jadi satu. Bagaimana tidak? Ia sendiri menemukan sosok cowok tengah tertidur pulas di atas ranjang yang sama.
"Jangan berisik. Masih terlalu pagi." rupanya jeritan singkat Ribi tadi berhasil membuat River terbangun. Ya, meski matanya hanya terbuka sedikit dan sebentar, kemudian ia tutup lagi. Suaranya juga serak, parau, lirih dan kurang begitu jelas. Namun ia masih bisa menggerakkan lengannya untuk memeluk Ribi sembari mendekatkan dirinya kembali kepada Ribi.
"Ver?"
"Hm?" Cowok itu hanya menggumam sembari menenggelamkan wajahnya di kepala dan tengkuk Ribi. Deru nafas hangat River, sampai terasa di tengkuk Ribi dan membuat gadis itu tergelitik.
"Lo masih mabuk?" Sejujurnya, Ribi sudah ingin sekali marah pada River. Namun ia segera ingat, tadi malam ia mabuk berat, sampai tidak ingat apa-apa lagi setelahnya. Dan bisa jadi kan River tetap mabuk meski ia punya toleransi yang tinggi terhadap alkohol? Jadi rasanya tidak adil jika Ribi harus meluapkan semua amarahnya pada River atas apa yang telah terjadi.
"Ngantuk."
Ribi pun diam sesaat dengan tangan yang mulai bergerak menyentuh tangan kanan River yang ada di depan dadanya. Kemudian Ribi raih tangan itu dan ia letakkan di depan wajahnya. Dan dengan kedua tangannya, Ribi mengelus lembut jari-jari tangan kanan River yang berbeda dari jari-jari di tangan kirinya. "Masih nggak kerasa ya?" tanya gadis itu kembali. Kali ini dengan nada tanya yang sedih.
"Hm." Lagi-lagi cowok itu hanya menggumam.
"Pa—"
PRANG!
Terdengar suara benda pecah dari arah luar kamar. Hal itu membuat Ribi kaget. Ribi pun otomatis bangun terduduk. Berada bersama River sepagi ini nyaris membuatnya lupa kalau di tempat ini, mereka berdua tidak sendirian. Ribi ingat, masih ada anak-anak BEST di vila ini. Setelah memperhatikan River yang masih menutup mata untuk sekilas dan tanpa mengatakan apa pun, Ribi putuskan untuk keluar dari kamar. Lagipula bisa jadi heboh kalau anak-anak lain tau kalau dirinya dan River berada di kamar yang sama untuk satu malam tadi.
Ribi nyaris saja berteriak kaget luar biasa, begitu membuka pintu kamar, ia melihat tubuh Kiel tergeletak begitu saja di atas lantai. Ribi menduga, sepertinya Kiel sudah semalaman tertidur seperti itu. Tak pikir lama, Ribi pun berjongkok berusaha membangunkannya. Namun sayang, Kiel tak bergerak sama sekali. Ia masih tertidur pulas!
Ribi pun menyerah. Kemudian ia menuruni tangga. Pemandangan serupa juga terjadi di ruang tengah. Botol miras tercecer di mana-mana. Sisa makanan, camilan, buah dan lain sebagainya amat sangat berantakan. Juga dengan kondisi anak-anak BEST lainnya yang seperti Kiel tadi.
Ada Gangga tergeletak di bawah meja dengan pecahan gelas di depan kepalanya. Sepertinya inilah sumber bunyi itu. Tanpa sengaja Gangga menyenggol gelas hingga membuatnya jatuh dan pecah. Selain Gangga, ada pula Sakaris yang tidur dengan kepala terjatuh di atas sofa tempat Sana terbaring. Di pintu menuju taman samping tempat semalam melakukan pesta BBQ, Topan tertidur dengan posisi duduk. Sementara Seven dan Ikky masing-masing ditemukan tertidur di luar. Seven di atas bean bag, Ikky nyaris nyungsep di pepohonan kecil.
"Ikky, bangun, Ky! Ikky!" setelah gagal membangunkan Gangga, Sakaris, Sana, Topan dan Seven, Ribi mencoba membangunkan anggota terakhir yang ia temui. "Ky, ayo bang—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Scandal
Teen FictionAda sepuluh siswa pilihan yang menjadi panutan siswa-siswa lain sekaligus menjadi andalan para guru di SMA Tribe. Selain memiliki image baik dan positif karena tidak pernah terlibat masalah, juga kontribusi mereka untuk sekolah, kesepuluh siswa pili...