Scandal - 24

42 8 0
                                    

Gerakan Menanam Padi pun resmi dilaksanakan hari ini, tepat pukul 08.00 WIB dengan 30 volunteer dari SMA Tribe, 30 volunteer lagi dari SMA Persada, 10 anggota BEST dan 12 anggota OSIS SMA Persada. Serta tambahan 20 tenaga dari warga sekitar. Tugas mereka adalah menanam padi di area persawahan yang terbagi menjadi 5 petak dengan ukuran sekian meter persegi. Yang jelas, area yang harus ditanami itu cukup luas dan pastinya melelahkan. Setiap petak digarap oleh masing-masing 18 orang. Kecuali petak kelima, digarap oleh 22 orang sekaligus.

Ikky senang bukan main karena ia terpisah area dengan Ribi. Bisa dibayangkan jika ia berada di area yang sama dengan Ribi? Di sawah? Sudah pasti Ribi tidak akan membiarkannya bekerja dengan tenang. Kakak kelasnya itu pasti akan mengganggunya sepanjang menggarap sawah. Sebaliknya, ia senang karena ia berada di area yang sama dengan Cassie.

Berbanding terbalik dengan Ikky, Kiel kesal karena Seven menempatkan dirinya di area paling ujung. Jauh dari area Cassie. Padahal kan Kiel sudah berandai-andai bisa berduaan dengan Cassie. Tapi ada daya, Seven memisahkannya.

"Mau ke mana, El? Area lo di sini." Lagi-lagi Seven memergoki Kiel yang berusaha untuk kabur ke area Cassie.

"Iya, iya." Kiel pun berdecak. Kesal. Awas saja, kalau waktu istirahat tiba, Kiel akan langsung berlari ke tempat Cassie berada! Tidak mau tau!

Yang paling kasihan tuh sebenarnya yang kebagian satu area dengan Topan. Lagak Topan benar-benar sudah seperti mandor proyek yang galak dan tidak segan memarahi anak buahnya yang diketahui bekerja semau sendiri. Quina dari SMA Persada sampai kerepotan karena anak-anak dari SMA Persada sudah mau menangis gara-gara dibentak oleh Topan terus menerus.

"Hai, Marin." Ada yang berbeda dari Bisma. Bisma yang biasanya tidak pernah berbicara pada Marin, kali ini terlihat mendekati Marin yang memang mereka berada di area sawah yang sama.

Lirikan tajam Marin langsung tertuju untuknya. "Jauh-jauh dari gue, manusia sampah!"

Bukannya tersinggung. Bisma malah bersiul. "Inget baik-baik, manusia yang lo sebut sampah barusan, bakal megang nasib hidup lo!"

Marin langsung menoleh cepat pada Bisma dengan kening mengerut. Ia tidak mengerti maksud perkataan Bisma. Sayangnya, Bisma tampak tidak peduli dan tidak berniat untuk menjelaskan apa maksud ucapannya pada Marin. Cowok itu terus bersiul sambil melanjutkan pekerjaannya.

Ketegangan tak hanya terjadi karena keberadaan Topan saja. Nyatanya, di area yang lainnya lagi, Anjani merasakan tegang lantaran keberadaan Denver yang sama dengannya. Secara terang-terangan, Denver mendekatinya. "Gue nggak expect lo bakal ikutan kayak gini."

Anjani diam dan terus menanam padi. Berusaha tidak memedulikan cowok itu.

"Kalo dia tau lo di sini lagi bertani kayak gini, pasti dia bakal ke sini."

Baru lah Anjani menoleh cepat menatap Denver. Wajah Anjani tampak pucat, seperti orang ketakutan.

Melihatnya, Denver mengulum senyum.

"Gue sama dia udah kelar, Ver." Kata Anjani mencoba memberanikan diri.

"Hm, so? Kenapa lo masih takut ketemu gue?"

Anjani tidak bisa menjawab. Mulutnya bungkam.

Denver pun terkekeh seraya menepuk pundak Anjani. "Tenang, santai, oke? Gue ke sini, ke Tribe, bukan buat lo kok. Enggak, bukan. Sama sekali. Gue bahkan udah nggak peduli sama drama lo."

"T-terus?"

Denver tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya mengacungkan telunjuknya, menunjuk seorang cewek yang sedang menanam padi bersama tak jauh di depannya. "Buat dia."

Best ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang