Happy reading ✨
Pagi ini Ten bangun lebih cepat dan langsung bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia tidak ingin terlambat dan berujung di hukum lagi.
Ten turun ke bawah untuk sarapan.
"Selamat pagi papi, mami" ucap Ten lesu.
Kedua pasangan itu menatap kearah anak semata wayangnya dan tersenyum.
"Aduhh-aduhh anak mami rapih banget " ucap Yoona senang.
Ten mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa sih? Kok bete gitu mukanya?" Tanya Donghae.
"Bajunya jelekkkk" rengeknya.
Donghae mengelus kepala Ten yang duduk disebelahnya.
"Bagus kok, anak papi pakai apapun bagus tau"
Ten masih merengut, ia sangat tidak percaya diri dengan penampilannya sekarang.
Setelah selesai sarapan, Ten pamit pada maminya. Ia berangkat ke sekolah diantar oleh papinya.
***
Semua orang di lingkungan sekolah memperhatikan Ten yang datang dengan penampilan yang tidak seperti biasanya.
"BE" teriak Taeyong yang baru saja datang dan melihat Ten yang berjalan lesu.
Ten menoleh kebelakang. Taeyong terkejut dan langsung tertawa.
"Hahaha, anjing cupu banget Lo" Taeyong tertawa sambil memegangi perutnya.
"Ishh, diem deh ahh malu tauuu"
"Hahaha...sorry sorry. Lagian Lo ngapa jadi gini dah" Taeyong menghapus air mata yang sedikit keluar di ujung matanya.
"G-gue takut di hukum lagi " cicitnya.
"Aelah cupu Lo, katanya mau dapetin tu kepsek gitu aja dah takut Lo" Taeyong terkekeh.
"Gue udah nggak minat" ketus Ten dan langsung berjalan ke kelasnya meninggalkan Taeyong.
Di dalam kelas Ten hanya diam menelusupkan wajahnya di lipatan tangannya yang bertumpu di meja.
Kelas yang tadinya berisik dengan ocehan para murid, seketika senyap saat seseorang masuk kedalam kelas.
"Selamat pagi semua"
"Pagii pak" seru semua murid.
"Hari ini saya yang akan mengajar pada mata pelajaran matematika di kelas kalian di karenakan ibu Rini sedang cuti dan selama itu juga saya yang akan menggantikan beliau " ucap Johnny.
Ya. Orang itu adalah Johnny. Ia akan menggantikan guru matematika di kelas Ten karena tidak ada penggantinya.
Ten yang duduk di paling pojok masih tetap pada posisinya. Ia memang sangat malas untuk mendengarkan dan memperhatikan guru.
Johnny hanya diam melihat Ten yang tidak memperdulikannya berbicara.
Johnny mulai menjelaskan pelajaran.
"Baik dari penjelasan saya, apa masih ada yang tidak kalian mengerti? Kalian bisa tanyakan"
Semuanya hanya diam.
Fokus Johnny kembali pada lelaki mungil yang sejak tadi hanya menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Johnny berjalan kearah tempat duduk paling Belakang.
Melihat Johnny yang menghampiri mereka, Taeyong langsung menyenggol Ten untuk menyadarkan temannya itu, Ten tidak merespon. Johnny mengisyaratkan Taeyong untuk berhenti. Ia mulai mencoba menepuk punggung Ten, tapi tetap Ten tidak merespon. Johnny mengguncang tubuh itu.
"Ihh Taeyongggg" Ten mengangkat wajahnya. Ia terkejut melihat Johnny yang berdiri dengan raut wajah dingin.
"Kamu nggak dengerin saya dari tadi?" Tanya Johnny.
"D-dengerin kok pak" gugup Ten.
"Oh ya? Berarti kamu sudah paham yang saya terangkan?"
"P-paham pak"
Johnny mengangguk, kemudian ia berjalan kembali ke depan dan duduk di kursinya.
"Sekarang kamu maju ke depan, kerjakan soal yang ada di halaman 43" perintah Johnny.
Ten gelagapan, ia benar-benar tidak mengerti apapun. Memperhatikan saja ia masih tidak paham apalagi ia tidak memperhatikan sama sekali.
Ten berdiri dan berjalan dengan ragu ke depan papan tulis. Ia mengambil spidol yang ada di meja Johnny dan mencoba mengerjakan soal-soal itu. Pikirannya buntu, ia sama sekali tidak tau harus menulis apa.
Ten mencoba melihat contoh-contoh yang ada di buku.
Duh, gimana sih contoh sama soalnya kok beda -batin Ten.
Setengah jam sudah Ten mencoba menjawab tapi ia hanya menulis beberapa angka kemudian menghapusnya lagi.
Johnny berdiri dari duduknya.
"Kenapa? Nggak bisa? Katanya kamu paham"
Ten diam, ia sangat malu sekarang.
"Kalian jangan mencontoh dia ya, sudah duduk di belakang tidak memperhatikan pula" sindir Johnny.
"Kamu berdiri disitu sampe mata pelajaran saya selesai. Kamu perhatikan saya dengan benar"
Ten menunduk, ia menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca mendengar ucapan Johnny yang menusuk itu. Sebelumnya guru-guru hanya menegur Ten sekali dan hanya teguran biasa, jadi Ten terbiasa melakukannya.
"Saya suruh kamu perhatikan saya, bukan lantai" tegur Johnny.
Ten mengangkat wajahnya, matanya sudah sangat berkaca-kaca.
"Kenapa? Mau nangis?"
Ten menggeleng, tapi air matanya lolos begitu saja. Ia menghapus kasar air matanya.
"Cengeng" ucap Johnny. Beberapa siswi menertawai Ten.
Ten semakin menangis karena itu.
"Heh bisa diem nggak lu" ucap Taeyong pada siswi itu.
Johnny menatap kearah Taeyong.
"Ada apa Taeyong? Kamu membela teman kamu? Dia salah jadi saya kasih hukuman agar teman kamu ini jera"
Taeyong meringis mendengar ucapan Johnny.
Kringggg....
Bel istirahat berbunyi. Ten merasa lega karna pelajaran Johnny telah selesai.
"Baik karna sudah bel istirahat, pelajaran saya akhiri"
"Buat kamu, lain kali perhatikan penjelasan saya. Kalau kamu meremehkan pelajaran saya, nilai akhir kamu saya buat di bawah rata-rata biar kamu bisa belajar lagi" setelah mengatakan itu, Johnny meninggalkan kelas Ten.
Ten merasa lemas, bagaimana jika Johnny sungguh-sungguh dengan kata-katanya?
TBC
Jangan lupa vote, komen
Terima kasih ✨

KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY STUDENT (johnten)
Hayran Kurgu"Jadi sugar baby saya, gimana?" -Johnny "ihh nggak mau" -Ten