2. Berubah?

24.5K 1.8K 204
                                    

Setelah menyelesaikan ritual pembersihan diri dari kotoran dan dari segala noda dosa, ciel keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Awalnya dia merasa risih dengan pandangan para pelayan dan bodyguard yang berada di setiap sudut mansionnya.

"Mata lu biasa aja yee, ngga pernah liat cowo keren kayak gua apa?" sewot ciel kepada salah satu pelayan yang memandang remeh ke arahnya.

Pelayan yang memandang ciel remeh kaget. Bukan, bukan hanya pelayan itu saja melainkan semua pelayan dan bodyguard yang ada disana, fokus mereka tertuju pada ciel si anak pembawa sial itu. Bagaimana tidak, pasalnya ciel adalah anak yang memandang semua orang di mansionnya dengan tatapan sinis dan bencinya, karena ciel tidak ingin menunjukan sisi lemahnya. Tapi ini? Dia bersikap sedikit tengil?

"Wahhh gila ya, semua pekerja di rumah ngga benar semuanya, konsisten dong jadi orang" ciel kembali bersuara, dan kata-kata ciel mengembalikan semua pelayan dan bodyguard itu kembali dari acara lamunan mereka.

"Konsisten jadi orang, tadi mandangin gua seolah gua manusia paling menjijikan, sekarang keheranan. Cocok lu jadi pelayan dan bodyguard dari keluarga Vallorand yang bodoh ini" lanjut ciel yang kembali membuat mereka semua menatap ciel semakin tidak percaya.

Melihat keterkejutan mereka ciel tersenyum kecil, kecil sekali sampai tak ada satupun orang menyadarinya.

Merasa bosan dengan semua pelayan dan bodyguard yang bodoh itu, ciel melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Dilihatnya abang sulung ciel yang sedang berkutat dengan laptopnya.

"Serius kali si abang shibal, ngerjain apa lu bang?" tegur Ciel saat mendudukan dirinya disamping Raymond Vallorand, abang pertamanya.

Rahang Ray mengeras, setelah menyadari kalau ciel lah yang menyapanya dan dengan lancang duduk disampingnya. Baru saja dia akan bangkit berdiri dan pergi meninggalkan ciel, bahunya di tekan oleh ciel seolah menyuruhnya kembali duduk. Geram itu yang dirasakan Ray sekarang namun tak ayal dia menurutinya.

"Santai aja njing, gua ngga sehina itu sampai lu jijik kalau ada di samping gua. Gua bukan babi jadi ngga haram ye bangsat" celetuk Ciel yang menghasilkan tatapan tajam dari Ray untuk nya.

"Huhhh" ciel menghembuskan napas kasarnya dan ...

Plakkkk.....

"Itu tamparan buat elu yang udah nyiksa mental gua, dan... " ciel menjeda omongannya, dan mengambil hp Ray dan....

Tukkk .....

"Mampus sakit kan pala lu dilempar pakai hp milik sendiri, rusak, rusak tuh hp gua ngga peduli" lanjut ciel setelah melempar hp milik Ray ke kepala Ray. Ray yang tidak siap pun tidak dapat menghindar, padahal dia memiliki tingkat kelincahan yang hampir sama dengan ayahnya, tapi ini. Kenapa dia susah untuk menghindar.

"Ciel!!!! Ka-"

"Itu baru hp ye yang gua lempar ke kepala lu, tapi lu udah semarah itu, gimana kalau lu jadi gua yang dilempar vas bunga ama lu dulu, hanya karna gua pecahin piring ye bangsat" potong ciel saat Ray hendak membentaknya.

Deg

Kaget, sudah pasti, Ray menatap tidak percaya ke arah ciel. Ciel yang dia tahu hanyalah anak kecil yang membenci keluarga nya, dan tidak mau ikut campur dalam setiap urusan keluarga Vallorand. Ciel tidak akan pernah membalas atau menjawab perkataan anggota keluarga Vallorand. Ciel hanya akan diam dan menerima semuanya.

Tapi kali ini? Ciel bahkan bermain fisik dengan Ray, abang sulungnya sendiri?

"Abang? Apa-apaan pemikiran bodoh ini!" batin Ray.

Melihat keterdiaman Ray, Ciel pergi begitu saja meninggal kan Ray yang masih diam dengan segala keterkejutannya.

Ray yang menyadari perginya Ciel pun menatap ke arah layar hitam tv yang berada dihadapannya, menampilkan pantulan diri Ciel yang melangkah ke arah belakang mansion.

"Ohhooo, anak sialan itu mulai berani, dan panggilannya tadi abang kibal? Bahasa aneh apa itu?" bingung Ray yang baru menyadari panggilan aneh Ciel untuk dirinya.

*****

"Huhhh" Ciel kembali menghembuskan napas kasar, sudah terhitung beberapa kali dia menghembuskan napas kasarnya hari ini, mulai dari dia bangun dari tidur siangnya. Bukan tidur siang melainkan acara mati surinya.

"Hidup ya gini, kalau bukan shibal ya kucep" keluh ciel yang sekarang sedang duduk dibangku taman belakang mansionnya.

"Padahal gua cuma dapat tatapan menghina dari para manusia sialan yang ada di mansion ini, tapi kenapa kayak sakit kali bah hati mungil dedek" lirih ciel dengan mata yang mulai berembun.

Sedih dan ngantuk, itu yang Ciel rasakan saat ini. Dia membaringkan dirinya di bangku taman dan mulai menyelami alam mimpi. Tanpa Ciel sadari ada sepasang mata yang memperhatikannya dari balik jendela lantai tiga.

"Anak itu..." ia menggantung kalimatnya begitu saja, dan pergi menjauh dari arah jendela setelah melihat ciel yang berada di bangku taman belakang.

"Razael Vallorand, pemandangan menarik apa yang menyita fokus mu sampai mengabaikan panggilan abang kembar mu?" tegur Rezael Vallorand selaku abang kembarnya Raza, sekaligus kakak keduanya.

"Ckk" decak Raza yang kaget saat melihat kehadiran abang kembarnya yang mendadak muncul dan sedang duduk santai di ujung tempat tidurnya.

"Hmm?" Jawab Reza dengan menaikan satu alisnya, seolah bertanya akan tingkah aneh kembarannya.

Tanpa memperdulikan pertanyaan dari Reza, Raza pergi begitu saja meninggalkan Reza sendirian dikamarnya dengan aura hitam disekililingnya karena merasa diacuhkan oleh kembarannya itu.

"Hei, baru di acuhkan sedikt saja kau sudah mengeluarkan aura pekat mu. Bagaimana kalau kau menjadi anak sialan itu?" Tegur Ray saat tidak sengaja melewati kamar Raza, dan mendengar percakapan kedua anak itu, sambil berjalan menuju arah jendela dan melihat ke arah Ciel yang berada dibangku taman mansion.

Ray mengerutkan keningnya "Anak itu..." Lagi-lagi Ray menggantung kalimatnya dan beranjak pergi dari kamar Raza meninggalkan Reza.

Reza mengeraskan rahangnya dan membanting lampu tidur milik Raza. "Anak itu..." Reza mengepalkan dua tangan dengan keras hingga kuku-kukunya memutih.

"Anak itu- anak itu- .... Arghhhhh anak itu apa sialan, weee bang Ray, oiii Raza sialan anak itu apa bangsat?" Teriak Reza karena merasa dipermainkan, sambil berjalan mengikuti Ray keluar kamar Raza.

Dari anak-anak Asgara, Reza lah yang memiliki tingkat kesabaran setebal tisu dibagi tiga direndam air.







Hufff, bingung harus akhiri part ini dengan alur yang bagaimana😌
See u d part selanjutnya.
Semoga ngga bosan ya😊

Archiel & Gabriello [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang