14. Obsesi

3.8K 345 33
                                    

"Arghhhhh!!!! Semua gara-gara kau anak sialan! Kenapa! Kenapa mereka harus melindungi anak seperti mu!" Geram Yudha karena dua kali dia membunuh putranya, padahal niatnya ingin membunuh anak perempuan nya yang lemah itu. Bagianya Aurel hanya penghalang bagi semua rencananya, ditambah sifatnya yang gampang berubah haluan alias labil.

Zevran yang menyaksikan semuanya geram, benar-benar dia mengerti sekarang perasaan Asgara saat anak-anaknya sekarat dulu. Perasaan sedih, sesak, hancur, dan menyesal bercampur karena tidak mampu melindungi anaknya. Dia sudah menganggap Rizal sebagai anaknya, dan dihadapannya Rizal mati dengan mirisnya.

Yudha mengarahkan pistolnya kearah Aurel. Semua terdiam, mereka tidak bisa bertindak kecepatan yudha menarik pelatuk dan kecepatan peluru itu melesat dan mengenai Aurel mungkin akan lebih cepat dari pergerakan mereka yang mencoba menolong Aurel.

Yudha menarik pelatuk tanpa ragu, dan Aurel hanya berlutut didepan kedua mayat abanganya. Dia pasrah jika memang harus mati hari ini, toh alasan selama ini dia bertahan juga sudah tiada. Namun tiga kali Yudha menarik pelatuk nya, tidak ada peluru yang keluar dari pistol tersebut.

Valle memberi kode pada bodyguard nya, dan Zevran yang menyadari bahwa pistol yang dipegang Yudha telah kehabisan peluru langsung berlari kearah Aurel. Padahal posisi mereka cukup jauh, tapi Zevran malah melakukan hal yang cukup berisiko dan ceroboh. Syukur saja Valle sudah tau tabiat Zevran yang mudah luluh jika menyangkut anak-anak😪

Saat Zevran maju dengan tergesah-gesah kearah Aurel, bawahan Yudha sudah siap akan menghadang Zevran namun bodyguard Valle yang paham kode dari Valle, maju menghadang para bawahan Yudha dengan meodongkan pistol kearah mereka dan memberi jalan untuk Zevran.

Yudha menampilkan smirknya dan sedikit terkekeh, Aurel yang menyadari mengangkat kepalanya dan melihat kearah sang ayah. Betapa terkejut nya dia saat sang ayah ternyata memegang sesuatu. Arah pandangannya dia fokuskan pada seseorang yang sepertinya sedang berlari ke arah mereka, Aurel tersenyum tulus dan berbicara tanpa mengeluarkan suara.

"Terima kasih untuk niat baiknya, tapi aku hanyalah umpan"

Zevran menyadari nya, dia bisa membaca gerak mulut Aurel, dan dia tidak bisa menghentikan langkahnya karena jarak dia dengan Yudha sudah sangat dekat. Zevran cukup terkejut saat dengan tiba-tiba Yudha berbalik kearahnya dan siap menancapkan pisau.

Jleb.

Tes...

Tes...

Tes...

Pisau menembus kulit lembutnya tepat bagian dadanya, darah menetes ketanah cukup banyak. Dipandangi senyum tulus orang yang baru saja dia tikam.

"Ay-ayah, Aurel sayang ay-ayah, abang ju-ga sama, mereka sayang dengan ayah. Au-Aurel mohon, Aurel tidak ingin ada kor-korban lain selain abang-abang au-Aurel dan Aurel lagi setelah ini" ucap Aurel dengan terpatah-patah karena sakit yang dia terima akibat tusukan pisau sang ayah.

Zevran membatu, saat Yudha hendak menikamnya tadi, Aurel langsung berdiri menarik sekaligus memutar tubuh sang ayah dan memeluknya. Karena tinggi mereka yang berbeda jadilah pisau itu menancap di dada sang putri. Bukannya sedih, Yudha malah tertawa dan menampilkan ekspresi seolah puas dengan kejadian barusan, lalu mendorong tubuh Aurel hingga tergeletak dekat Rio.

Aurel berusaha mencabut pisau dari dadanya, dia berusaha mendekati tubuh Rizal hingga posisinya berada diantara dua mayat sang abang. Dielusnya wajah kedua abangnya yang terlihat tenang dan damai, dikecupnya lembut.

"Setelah sekian lama, akhirnya Aurel diijinkan mengecup dua abang tsundere ini" ucap lirih Aurel sambil tersenyum teduh hingga kesadarannya direnggut sepenuhnya. Racun dipisau itu dengan cepat menyebar dan membuat Aurel dengan cepatnya juga menyusul kedua abang kesayangan yang sudah dia rindukan sedari dulu.

Archiel & Gabriello [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang