4. Pertemuan

18.1K 1.5K 31
                                    

Hening...
Semua terpaku melihat kejadian yang baru saja terjadi. Sepersekian detik tubuh ciel sudah berada di dasar lantai satu dekat pintu menuju ruang tamu.

Ray, Reza, Raza, dan Calvino yang menyaksikan semuanya, ingin menghampiri Ciel, tapi kaki mereka terasa lemas hanya untuk berjalan mendekati tubuh ciel yang sudah penuh dengan darah.

Dor... dor... dor...

Deg!

Sekali lagi keempat bersaudara itu dibuat kaku dengan kejadian yang terjadi. Asgara dengan tidak santai nya menembak pelayan itu dengan tembakan yang bertubi-tubi.

Asgara tidak senaif itu, dia menembak pelayan itu dengan brutal, tapi dia tidak mengenai semua organ vitalnya.

"Apa yang kalian tunggu brengsek! Bawa anak itu ke rumah sakit!" bentakan Asgara kepada para bodyguardnya berhasil membuat keempat anak nya tersadar dari lamunan mereka masing-masing.

"Kalian tau bukan harus membawa wanita  ini kemana?" lanjut Asgara dengan nada dingin dan senyum evilnya kepada bodyguard yang sedang mengangkat tubuh pelayan itu, lebih tepatnya menyeret si pelayan.

Sedangkan bodyguard yang lain sudah mengangkat tubuh ciel memasuki mobil dan bergegas ke rumah sakit.

"Apa yang kalian lihat boy? Bukan kah aku sudah menyiapkan mainan baru untuk kalian?" Asgara mendekat ke arah empat putranya.

Mereka sedang menatap mobil hitam yang memuat tubuh ciel hingga benar-benar hilang dari pandangan mereka dengan berbagai ekspresi, namun hanya mereka sendiri yang tau maksud dari ekspresi mereka.

"Aku tidak ingin bermain, berikan saja mainan mu itu pada Reza, dia sepertinya sangat ingin bermain" jawab Calvino tanpa menoleh ke arah Asgara.

"Ohoooo, adik kecil ku memang yang terbaik" lanjut Reza sambil merangkul bahu Calvino.

"Aku juga tidak, tugas kuliah ku menumpuk" timpal Raymond sambil meninggalkan ayah dan saudaranya menuju ke dapur untuk mengambil minuman.

"Terserah kalian, ayah hanya menyiapkan maianan dan kalian yang memilih untuk bermain atau tidak" Asgara berkata sambil meninggalkan putra-putranya dan menuju ke ruang kerja.
*****
Disisi lain

Setelah kurang lebih 15 menit, mobil yang digunakan untuk membawa ciel akhirnya tiba di rumah sakit. Dokter dan perawat pun dengan sigap menerima tubuh ciel dan dibawah masuk kedalam untuk segera ditangani.

Drttt, drttt, drttt...
"Halo, selamat sore"

"Bagaimana?"

"Tuan muda sedang ditangani oleh dokter tuan"

Setelah mendengar jawaban tersebut, orang yang menelpon tadi langsung mematikan sambungannya secara sepihak.

Cukup lama Ciel di tangani, akhirnya
Dokter keluar dan menyampaikan bahwa Ciel butuh perawatan yang cukup intensif, dikarenakan benturan yang cukup keras pada bagian tengkorak kepala dan kedua lengannya. Serta persendian pada lutut ciel sebelah kiri sedikit tergeser. Tapi semuanya bisa diatasi jika Ciel dirawat beberapa minggu atau bahkan bulan dirumah sakit ini dengan perawatan yang intensif.

"Apa ada kemungkinan amnesia dok? Atau kritis, atau mungkin koma? Ahh atau gegar otak?" tanya Xavier, bodyguard yang tadi membawa ciel ke rumah sakit.

"Amnesia sepertinya tidak, tapi kita akan mengetahuinya saat pasien siuman. Dan kalau untuk kritis, gegar otak atau koma, syukurnya pasien tidak separah itu untuk sampai pada tahap tersebut" Jawab dokter sambil tersenyum karena pertanyaan random Xavier.

"Huhhhh syukurlah" lega Xavier mendengar jawaban sang dokter.

"Baiklah kalau begitu saya permisi, pasien juga sudah bisa dipindahkan ke ruangan biasa"

Archiel & Gabriello [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang