Asgara menatap sendu pintu yang tertutup rapat, tempat dimana sang anak sedang bartarung sendiri melawan sakitnya. Hatinya piluh jika membayangkan betapa sakit nya sang anak selama ini, betapa ia harus berusaha mati-matian melawan penyakit nya sendirian. Bayang-bayang senyum sang anak melintas dalam benaknya.
Asgara tersenyum pahit memikirkan senyuman Gabriell yang menyembunyikan luka. Lagi-lagi Asgara rasa dirinya bukanlah ayah yang baik, lagi-lagi dia sadar bahwa dia telah gagal menjadi seorang ayah.
Valle menarik masuk Asgara dalam pelukannya, disalurkannya kehangatan seorang ayah.
"Aku gagal ayah, aku tidak pantas di sebut sebagai ayah. Aku kasihan pada mereka karena mendapatkan ayah seperti diri ku" lirih Asgara.
Valle tidak berkomentar sedikit pun, namun matanya menjelaskan semuanya. Valle Vallorand tengah berada dalam masa keterpurukannya, pandangannya menjelaskan betapa sakit yang dirasakan.
"Abang" lirih Raza
Reza yang sedari tadi diam melirik sang adik sepintas.
"Hmm?" balas Reza singkat.
"Aza ke mansion ya, Ciel sendirian disana, Aza takut dia kenapa-kenapa"
Mendengar ucapan Raza, Reza langsung melihat semuanya, mengabsen setiap anggota keluarganya. Dia baru menyadari sang bungsu tidak bersama mereka.
Betapa bodohnya mereka, karena khawatir akan keadaan Gabriell mereka melupakan sosok si bungsu. Padahal seharusnya mereka tau betul siapa yang sebenarnya paling hancur saat ini.
Sedangkan di mansion, Archiell menangis tanpa bersuara, tubuh kecilnya dia baringkan dilantai dengan lutut yang ditekuk hingga dada, dan kedua tangannya memeluk kedua lutut.
Air matanya tidak ingin berhenti. Bibirnya membentuk lengkungan indah saat memori tentang abangnya yang sedang tersenyum dan bermain bersamanya terlintas begitu saja tanpa permisi.
"Abang, Ciel tadi kekamar abang Barak, dan Ciel nemu ini" Archiell bangkit dari tidurnya dan berjalan kearah beberapa lembar kertas. Ditunjuknya pada foto sang abang yang terpajang ditembok kamarnya.
"Hahaha, senyuman abang selama ini palsu ya? Keceriaan dan kehebohan abang juga palsu?" tanya Archiell sambil menatap foto tersebut.
"Gagal ginjal stadium 5, Ciel ngga paham tapi Ciel tau itu bahaya abang. Ciel search di google tadi, Sakit ya? Selama ini kok ngga kasih tau Ciel kalau sakit?" Archiell terus menerus mengajukan pertanyaan pada foto Gabriell.
"Cepat bangun ya abang, buktiin sama Ciel kalau abang ngga lemah, tolong jangan nyerah ya" lirih Archiell.
"Dunia ngga adil ya bang, kenapa harus abang yang kena penyakit itu" Archiell berjalan menuju balkon kamarnya.
"Bang, langit malam ini indah, abang ngga niat bangun buat temanin Ciel disini? Kapan pulangnya?"
Xavier benar-benar bingung, tuan mudanya terlihat seperti orang gila. Berbicara sendiri seolah dihadapannya ada tuan muda Gabriell.
Archiell terus memandangi langit, hingga sebuah mobil masuk dalam pekarangan mansion. Archiell berlari cepat keluar kamarnya dan menuju lantai satu. Namun saat dia membuka pintunya, dia tidak menemukan siapapun melainkan mobil yang sudah melaju keluar pekarangan mansion.
Archiell mengerutkan keningnya, dia melihat diujung teras mansion nya ada sesuatu. Archiell mendekat dan mendapati bunga mawar putih dengan noda merah darah dibaluti kain hitam pekat.
"Adek"
"Huwaa!" kaget Archiell saat Reza dan Raza sudah dihadapannya.
"Ngapain diluar?" tanya Reza
KAMU SEDANG MEMBACA
Archiel & Gabriello [END]
Mystery / ThrillerBrukk... Tubuh yang terlihat cukup tinggi, kurus, dan putih jatuh dengan keras dan tidak estetiknya dari lantai 3 mall yang sedang ramai-ramainya pengunjung. "Anjing lah sakit bangsat, mampus dah rasa-rasanya tulang kepala gua remuk tak tersisa" bat...