25. Permainan dalam Permainan

6.3K 549 41
                                    

Brukkk!

Bugh... Bugh... Bugh...

Panggg...

Ctasss... Ctassss.... Ctassss....

Gavendra menyaksikan berbagai pukulan, tendangan, hantaman, dan cambukan diberikan para bodyguard nya pada dua orang yang sudah tidak berdaya depannya.

"Hentikan!" perintah Gavendra dingin.

Diambilnya cairan lilin yang sedari tadi dia panaskan dalam wadah allumunium. Gavendra maju secara perlahan kearah seorang wanita yang sudah penuh dengan lebam dan juga banyak bekas luka di tubuhnya yang indah, yang sudah tidak dibungkusi seurat benang pun.

"Buka ikatannya, dan balikan tubuhnya menghadap langit-langit ruangan!" perintah Gavendra.

Para bodyguard yang mendengar perintah tersebut langsung menjalankan perintah. Setelahnya Gavendra mulai menuangkan cairan lilin panas tersebut dimulai dari perut dan menuju kebagian lehernya.

"Aaaaaaaa, panas! Sialan panas hiksss.... Hentikan, panassss......" pekik Siska histeris mohon pengampunan.

"Sialan! Kau brengsek, beraninya kau menyakiti wanita! Cuih menjijikan" teriak Raga yang berusaha melepaskan diri dari ikatannya dan menolong istrinya.

"Ssstttt, diamlah jalang. Jangan mengganggu kesenanganku!" tegas Gavendra dengan nada pelan dan dingin.

"Hmpppppp" Siska benar-benar tidak bisa berbicara lagi, Gavendra menuangkan semua sisa air lilin dalam wadah tersebut kewajah Siska, hingga menutup seluruh wajahnya.

Siska hampir mati kehabisan napas, namun Gavendra didetik-detik terakhirnya Siska, dia menyempatkan diri untuk memuaskan hasratnya.

Diambilnya belati dari meja, dipanaskan pada api sedang lalu ditempelkan pada paha, perut, dada, dan leher Saskia.

Gavendra tertawa puas, dia terus melakukan hal tersebut, terkadang dia menikam tubuh Siska jika siska bergerak dan mengganggu kesenangnya.

Gavendra benar-benar menyiksa Siska dengan brutal, Siska meninggal ditempat dengan tubuh yang penuh dengan tusukan dan luka bakar serta wajah yang tertutup cairan lilin yang membeku.

"Kau memang iblis!" pekik Raga yang sedari tadi menyaksikan Gavendra bermain dengan tubuh sang istri.

"Sudah ku bilang Raga Vileshman, AKU TIDAK SUKA KEKALAHAN!" pekik Gavendra dengan penekanan pada kalimat akhirnya.

"Kau mengusik keluarga ku! Dan inilah akibatnya! Ahhh jangan bilang kau mengira bahwa diri mu benar-benar sudah menang?" tanya Gavendra.

Raga menaikan satu alisnya "tentu saja bodoh! Aku sudah dipastikan menang! Pulanglah dan lihatlah mayat dimansion mu! Ya hahahahha mayat ponakan mu Archiell, aku yakin dia sudah mati karena racun itu!" Angkuh Raga.

"Aku tidak peduli jika aku mati sekarang! Setidaknya kalian juga kehilangan salah satu anggota keluarga mu!" pekik Raga angkuh.

"Hei hei hei..... Aku tau bukan itu alasan mu balas dendam pada Vallorand. Aku tau kau sengaja mengincar Archiell karena dalam raganya ada jiwa Gabriell bukan" Gavendra tersenyum puas saat melihat wajah terkejut Raga.

"Apa yang kau tahu brengsek!" pekik Raga tepat diwajah Gavendra...

Srettt....

Lidah Raga terpisah dari mulutnya dan jatuh ke lantai.

"Kau berisik, aku tidak suka saat bicara ku di potong" jengah Gavendra yang baru saja memotong lidah Raga menggunakan belati kecil, yang dia gunakan untuk bermain-main dengan Siska.

Archiel & Gabriello [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang