Sambil dengarin Dzanum-Teya Dora biar dapat feelnya (abaikan lirik dan maknanya, cukup nikmati saja)
*****
"Gabriell terkena penyakit ginjal kronis stadium 5, Gabriell tidak ingin memberitahukan kalian soal ini, karena dia tidak ingin membebankan kalian semua. Dia selama ini berjuang sendirian, bahkan jauh sebelum kalian mengenalnya, dia sudah menderita penyakit ini" Jelas Barak dengan suara parau menahan sesak pada dada dan tenggorokan nya. Dia seolah merasa lehernya dicekik kuat, sehingga susah untuk mengeluarkan suara.Bak petir disiang bolong, berita itu benar-benar mengejutkan seorang Asgara. Dia diam seribu bahasa, seolah jika dia bersuara maka hanya akan terdengar rintihan kecil. Bahkan susah baginya hanya untuk sekadar menarik napas, kata-kata Barak terngiang ditelinganya.
Pandangannya beralih pada foto keluarga yang baru-baru ini mereka ambil bersama, dimana Gabriell dan Archiell begelayut manja pada lengan nya. Dia mendekat, lalu mengusap foto itu tepat pada wajah kedua sang anak.
"Ayah, kau liat betapa bahagianya Archiell saat bersama Gabriell? Dulu dia tidak seperti ini. Liat tatapannya, penuh kasih dan kebahagiaan, dulu tatapan nya penuh permusuhan dan kebencian" ucap Asgara tanpa memalingkan wajahnya dari foto yang menunjukan senyum tulus kedua putranya.
Pandangannya beralih pada Raymond, Raza, Reza dan Calvino yang tersenyum melihat kedua adiknya.
"Bahkan liat mereka ayah, mereka yang dulunya selalu memasang wajah datar, dan tidak pernah tersenyum kini tersenyum setulus itu saat melihat Archiell dan Gabriell" lanjut Asgara.
Yang lainnya tau betapa terpukulnya Asgara, mereka juga terpukul dengan fakta yang mereka terima barusan, hanya saja mereka tau, Asgara lah yang lebih terpukul.
"Apa jadi nya jika Gabriell, sang cahaya keluargaku, pelita mansion Asgara Vallorand yang gelap dan suram ini padam ayah? Apa jadinya ayah? Apa ayah pikir aku mampu menjaga senyum dan tatapan teduh anak-anak ku yang lain? Jangankan mereka, ayah lihat senyum ku itu ayah. Apa ayah yakin aku bisa menjaga senyuman ku ayah?" tanya Asgara dengan suara lirihnya. Dia benar-benar menahan sesak dadanya, air matanya bahkan tak jatuh.
"Asgara, ayah tahu kau terpukul dengan berita ini, namun sekarang bukan saatnya larut dalam kesedihan mu. Kita harus mulai bergerak mencari pendonor ginjal yang cocok untuk Gabriell" ucap Valle mencoba menasehati sang anak bungsu.
Asgara diam, pandangannya teekunci pada foto dengan Gabriell tersenyum manis.
"Sungguh senyuman manis yang mampu menipu semuanya" ucap Gavendra.
Mendengar suara Gavendra, tatapan Asgara langsung beralih pada abang sulungnya itu, dia mencoba mencari celah dari tatapan sang abang.... ketemu!
"Katakan" pintah Asgara datar.
Gavendra dan yang lainnya menatap heran sang adik, Gavendra menaikan satu alisnya dan dibalas tatapan datar sang adik. Gavendra sadar adiknya tidak bisa ditipu dua kali.
"Baiklah, baiklah... Kau jangan menatapku seperti itu, aku memang sudah tau soal penyakit Gabriell" Ucap Gavendra sambil menatap adik bungsunya.
Mendengar perkataan sang daddy, tentu saja Barak kaget, dia ingin memotong ucapan sang ayah, namun Gavendra terus melanjutkan perkataannya.
"Sudah ku ceritakan bukan? Aku mencari tau semua tentang Gabriell sampai ke hal-hal terkecilnya, aku juga tahu Gabriell dan Barak sering keluar untuk mencuci darah tiap 2x dalam seminggu. Tapi aku memilih diam, dan menunggu kapan salah satu dari mereka berani berkata jujur pada kita semuanya. Dan hari ini berkat kedua sepupunya, pikiran bodoh putra bungsuku sepertinya terbuka" sinis Gavendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archiel & Gabriello [END]
Mystery / ThrillerBrukk... Tubuh yang terlihat cukup tinggi, kurus, dan putih jatuh dengan keras dan tidak estetiknya dari lantai 3 mall yang sedang ramai-ramainya pengunjung. "Anjing lah sakit bangsat, mampus dah rasa-rasanya tulang kepala gua remuk tak tersisa" bat...