27. Pulang

6.6K 566 21
                                    

Kini enam bulan sudah berlalu, dan selama itu pula keadaan Gabriell perlahan membaik hingga sekarang. Dan selama enam bulan itu juga Keluarga besar Vallorand dibuat pusing dengan ketiga bayi besar mereka.

Setiap hari mereka akan selalu minta video call, dan setiap video call maka perkataan "Daddy cepat bawa pulang abang/adek kami ke Indonesia!" dan "Daddy ayo kita pulang, Gabi udah sembuh ini loh, Gabi juga udah rindu banget-banget sama abang-abang dan adek Gabi!" tidak pernah luput untuk keluar dari mulut ketiga anak tersebut. Selain itu juga, para Vallorand juga dibuat pusing oleh Gabriell yang merajuk karena Archiell dan Anggara sudah lebih dulu bersekolah dari pada dirinya.

Dan sekarang ini, Gavendra benar-benar sakit kepala dengan bayi besar mereka tersebut.

"Abang-abang, tadi Gabi udah dibolehin dokter Barak buat pulang kembali ke Indonesia" senang Gabirell yang sedang video call dengan Anggara menggunakan handphone Daddy dan papa mereka.

Mereka memang sudah mempunyai handphone masing-masing, tapi mereka masih belum boleh memegang handphone mereka secara leluasa, jadilah mereka menggunakan handphone para Daddy dan papanya.

"Abang nanti tanya yang lain juga mereka mau apa dari Jerman, biar Daddy sama Gabi beliin untuk kalian" lanjut Gabriell antusias.

"Daddy, daddy maukan beli mereka barang yang banyak, kan daddy orang kaya" mohon Gabriell.

"Lah? Kan kamu yang nawar, jadi kamu dong yang beliin bukannya Daddy" sinis Gavendra.

"Hehh daddy, orang kikir kuburannya sempit!" sinis Gabriell balik.

"Udah abang, tenang aja nanti Gabriell curi kartu hitam yang ada didompet daddy terus belanja buat abang dan yang lain disana" lanjut Gabriell kembali fokus ke handphonenya.

"Daddy dengar ya, Gabriell ijin mau nyuri kartu hitam daddy buat foya-foya untuk keluarga, MAKASIH!" tekan Gabriell dengan nada sinisnya.

"Hahhh? Mana ada maling mau nyuri tapi minta ijin?" Gavendra cengo, dia benar-benar heran dengan ponakannya yang satu ini.

"Ada, Gabriell contohnya! Udah abang, nanti Gabi beliin" balas Gabriell

"Huwaa, oke-oke nanti abang tanya Ciell dan yang lainnya, ingat ya bawa yang baaaaanyak biar abang bisa pamerin ke teman-teman abang" pekik Anggara semangat.

Seketika wajah Gabriell murung, dirinya merasa iri kepada abangnya yang sudah ada teman, sedangkan dirinya tidak.

Adek kenapa sedih? Abang salah bicara ya? Maaf ya" lirih Anggara.

"Ngga papa kok bang, Gabi cuma iri aja sama abang dan Ciel, kalian udah ada teman sedangkan Gabi hanya dokter Barak aja orang asing yang Gabi kenal" Gabirell menghembuskan napas kasarnya.

"Eh, nanti kan kalau adek udah di Indonesia, adek bakalan sekolah bareng terus nanti adek punya teman banyak deh" jelas Anggara.

"Ahh iya Gabi hampir lupa" senang Gabriell.

"Udah dulu dek, abang ngantuk, cape belajar di sekolah tadi, bye bye" Anggara langsung memberikan handphone ke papanya dan langsung menyandar pada dada bidang sang papa, menyembunyikan wajahnya dan mencoba terlelap. Udah ngantuk dia.

Archiel & Gabriello [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang