28. Trauma

7.2K 557 23
                                    

"Papa, kok adek ngga mau angkat telepon aku? Apa aku salah omong ya waktu itu?" tanya Anggara karena sudah beberapa kali dia mencoba video call sang adik tapi tidak diangkat.

"Ini juga memanggil doang dari tadi, apa Daddy blokir nomornya papa karena aku buat adek sedih waktu itu?" lanjut Anggara dengan nada sedihnya.

"Ngga mungkin sayang, mungkin adek lagi sibuk, terus kuota Daddy kamu habis kali" jelas Gevandra.

"Kamu pikir aku semiskin itu!" Geram Gavendra yang tiba-tiba saja muncul.

Nah tadi tu Anggara minta ke mansion Asgara buat minta tolong si ayah nelpon sang adik, sapa tau di angkat, tapi pas ke sana mansion itu malah kosong, ngga ada orang sama sekali. Padahal ini udah mau jam 7 malam tapi belum ada tanda-tanda kepulangan Asgara dan keluarga kecilnya itu.

Sontak saja suara Gavendra yang adjshsksjsh itu mengagetkan dua manusia dengan umur yang berbeda, yang sedang asik ngobrol itu.

"Huaaaaaa abanggggggggg...... Gabi kangen" rengek Gabriell histeris saat melihat abangnya yang masih mencerna situasinya.

Gabriell lari kearah sang abang dan ...

Brakkkk....

Belum juga sampai kedalam pelukan sang abang, dia udah main jatuh aja. Kakinya kesandung karpet bulu.

"Adek/Gabi/Gabriell!" kaget Anggara, Barak, Gavendra dan Gevandra bersamaan saat melihat anak itu jatuh dengan sangat tidak enak untuk dipandang.

"Hiksss... abang leher Gabi sa-sakit! Uhuk uhuk uhuk, abang hiks... Dada Gabi bang hiks... Sa-kit. Dokter Barak tolongin Gab- Gabi" Gabriell benar-benar sakit sekarang.

Tadi pas jatuh, badanya kecondong kedepan, jadilah dadanya kehantam diujung sofa yang diduduki sama Anggara. Nah kalau untuk lehernya ya emang harus sakit, karena belum sembuh total kata Barak tadi pas di bandara, emang ya Gabriell kalau bukan bodoh ya teledor.

Dengan sigap Barak membuka baju Gabirell, dan melihat dada sang adek, dan benar saja dada sang adek terlihat memerah. Ahh hantaman di dadanya lumayan keras sepertinya.

"Hei mau dibawa kemana Gabriell?" tanya Gavendra yang bingung dengan adiknya yang tiba-tiba menggendong Gabriell keluar mansion

"Bawa dia kerumah sakit! Biar ditangani dokter, kalian tidak lihat dia kesakitan! Sepertinya benturan tadi tidak main-main" jelas Gevandra dengan nada yang serius?

(Bisa ni author buat sad ending, dengan alasan masalah pernapasan.
Hahahaha //tertawa jahat// ngga deng becanda😘). Lagian anak ini juga baru tiba Indonesia udah rumah sakit aja tempat penginapan pertamanya.

Tanpa berpikir panjang, Gavendra dan Barak langsung mengikuti Gevandra. Sedangkan Anggara, dia mah udah ngintil papanya sedari awal. Ngga banyak cincong langsung gas.

"Dad, kan papa dokter, aku juga dokter. Tadi aku cek juga kayaknya Gabi ngga papa tuh, dia cuma nyeri bagian dadanya doang karena hantaman ujung sofa tadi" heran Barak dengan kelakuan papanya yang bisa dibilang terlalu hiperbola sama keadaan Gabirell.

Gavendra hanya mengangkat bahunya acuh.

Tak berselang lama mereka sudah sampai di rumah sakit. Gevandra tidak mau ambil pusing dan langsung berlari kedalam sebuah ruangan dan menyuruh rekan dokter nya yang spesialis paru untuk menangani sang ponakan segera, soalnya Gevandra dia bukan ahli dibidang tersebut.

"Papa, adek ngga papa kan?" tanya Anggara kepada papanya yang baru saja keluar dari ruangan dokter paru tersebut.

"Papa ngga tau, kita tunggu aja ya" jelas Gevandra sambil menangkup kedua pipi sang anak.

Archiel & Gabriello [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang