Pagi ini mansion Vallorand heboh seperti biasanya dengan teriakan Archiell yang jengah dengan abang cengeng nya, dan Anggara yang selalu setia di samping Archiell untuk menenangkan adiknya itu. Jangan tanyakan tanggapan yang lain, mereka sudah terbiasa dengan suara sopran satu si Archiell.
"Abang!!! Ini kalau gini terus kita nungguin abang, bisa-bisa kita kesana cuma untuk jemput bang Reza sama bang Raza doang!" teriak Archiell kembali menggelegar.
"Aduh Ciel jangan teriak-teriak, suara kamu cempreng kalau teriak, sakit ini telinga abang" tegur Anggara coba menenangkan Archiell.
"Astaga dek, sabar! Ini abang lupa dimana abang simpan hadiahnya!" balas Gabriell tak kalah berteriak.
"Gabi, jangan teriak dong ah" tegur Anggara tak kalah teriak karena posisi adiknya yang berada di lantai tiga kamarnya, dan mereka berada di lantai satu.
"Ngga ada alasan abanggg! Hadianya udah di mobil semua! Ini keburu abang Reza sama bang Raza pengumuman lulus ishhh!" jengah Archiell masih dalam kondisi berteriak.
"Aduh udah dong ish, jangan teriak mulu" tegur Anggara sekali lagi.
"Weee, siapa yang alasan? Orang abang benaran lagi nyari hadiah juga" elak Gabriell sembari berteriak kencang, padahal dia lagi nyari sepatu nya.
"GABI! CIEL!" Sudah, kesabaran Anggara juga ada batasnya
"COBA KALIAN TERIAK LAGI! ABANG IKAT KALIAN DIPOHON MANGGA SAMPING MANSION BIAR JADI TUMBAL PESUGIHAN KALIAN DI SANA!" geram Anggara sambil meninggikan suaranya.
Archiell menatap heran ke arah abangnya itu dan menautkan kedua alisnya.
"Abang juga teriak padahal, ya udah bang coba teriak lagi, supaya kita berdua ikat abang di jembatan terus dijadiin tumbal proyek disana" jawab Gabriell yang baru saja tiba dilantai satu dan mendekat ke arah abang dan adiknya.
Anggara menatap cengo ke arah Gabriell, enteng sekali dia mengeluarkan lisan seperti itu kepada abangnya sendiri.
"Jangan bang, tumbal proyek terlalu estetik. Kita jadiin babi ngepet aja, lumayankan cuan" Balas Archiell sambil bertos ria dengan Gabriell, lalu keduanya tertawa puas.
Anggara mengeraskan rahangnya, menahan emosinya yang sudah diujung tenggorokan. Ditelan ludahnya kasar dan ...
"Shhh aduh aduh bang, ampun-ampun" Mohon Gabriell yang tiba-tiba saja telinganya dijewer oleh sang abang dengan sekuat tenaga.
"Aduh-aduh abang bisa lepas nanti telinga Ciel abang~" rengek Archiell yang juga dijewer telinganya oleh Anggara.
"Ngga ada! Bodoh amat sama telinga kalian! Sekarang ke mobil!" tegas Anggara dan menarik keduanya (masih dalam keadaan menjewer) keluar mansion menuju mobil, dimana semua menunggu mereka.
Semua menatap heran kearah muncul nya mereka bertiga dari pintu utama mansion.
Anggara yang berdiri ditengah, Gabriell yang yang berada disamping kanan berjalan menunduk dan sedikit condong kekiri begitupun Archiell yang berada disamping kiri sama keadaannya dengan Gabriell, bedanya tubuhnya sedikit condong ke kanan.
"Pftttt... Eh bocah, ngapain?" tanya Raymond sambil menahan tawanya.
"Lagi nanem padi bang!" jengah Archiell.
"Lagi mungutin dosa-dosa abang yang ketinggalan di mansion tadi" sinis Gabriell.
Bukannya marah Raymond malah tambah tertawa puas, dan langsung merubah ekspresi nya dalam sepersekian detik menjadi datar dan menatap kearah adik-adiknya.
"Tetap seperti itu sampai didalam aula nanti" tegas Raymond dengan suara dinginnya tak menerima penolakan sambil berjalan masuk kedalam mobil.
Archiell dan Gabriell cengo, menyesal mereka berkata seperti tadi. Keduanya lalu menatap iba kearah ayah dan kakeknya, tapi yang mereka peroleh adalah Asgara dan Valle yang pura-pura sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archiel & Gabriello [END]
Mystery / ThrillerBrukk... Tubuh yang terlihat cukup tinggi, kurus, dan putih jatuh dengan keras dan tidak estetiknya dari lantai 3 mall yang sedang ramai-ramainya pengunjung. "Anjing lah sakit bangsat, mampus dah rasa-rasanya tulang kepala gua remuk tak tersisa" bat...