20. Rencana

4.4K 393 61
                                    

Sekarang semua tengah duduk di ruang keluarga dalam keadaan canggung, Asgara terus menatap sang anak lamat. Dadanya sesak, Asgara bisa menahan sakitnya luka tusuk, tembak atau apapun. Tapi susah sekali menahan sesaknya dicuekin anak doang😪

"Jelaskan Gabi" titah Valle lembut.

Gabriell menatap bingung sang kakek, dan mengerutkan keningnya.

"Apa yang harus saya jelaskan tuan? Bukannya semuanya sudah jelas? Saya bukan Vallorand melainkan Vileshman, sesuai perkataan anak bungsu mu saat didepan pabrik tua waktu itu" jelas Gabriell acuh.

"Huhhh" Valle menghembuskan napas kasar.

"Gabi, hei.. Ayah tidak bermaksud seperti itu sayang" lirih Asgara, dia tidak suka jika anak nya terus-terusan mengatakan bahwa dia bukanlah seorang Vallorand.

"Ayah? Sejak kapan? Oh iya, sejak drama ayah-anak angkat itu, hahahaha" tawa Gabriell renyah.

"Gabi, ayah mohon jangan seperti ini" mohon Asgara lirih.

"Hah? Lalu saya harus seperti apa? Kayang? Jongkok? Atau?" tanya Gabriell heran

"Gabi!" tegur Calvino.

"Ckk, jika tidak ada yang mau dibicarakan lagi, saya pamit tidur" ijin Gabriell sembari bangkit berdiri.

"Gabriell duduk!" tegas Gavendra.

Gabriell menatap jengah sang daddy, dan menggerakan bibirnya seperti membaca mantra tanpa bersuara.

Gevandra dan Gavendra menahan tawanya melihat reaksi Gabriell barusan.

Gabirell kembali duduk dengan muka masam nya.

"Cepat selesaikan konferensi tanpa meja ini, Gabi ngantuk! Lagian ni meja di bawa kemana lagi tiba-tiba dah hilang aee" heran Gabriell yang baru menyadari bahwa meja diruang Keluarga telah dipindahkan entah kemana.

"Papa suruh pindah supaya jangan ada yang menendang nya nanti kalau marah" jawab Gevandra.

"Ohh aja sih" balas Gabriell acuh.

Gevandra membuka mulutnya tak percaya dengan jawaban sang ponakan.

"Gabi" tegur Raymond ramah.

"Hmm?" jawab Gabriell acuh tanpa menoleh sedikitpun kearah Raymond.

Sesak, aishhh pokoknya Raymond nyeseklah dijawab datar oleh sang adik.

Gabriell menautkan alisnya, karena sang abang tidak melanjutkan omongannya.

"Jika berbicara pastikan lampu hijau, bukan kuning apalagi merah hingga omongan anda harus tertunda dulu" sinis Gabriell.

"Siapa yang memukul abang?" tanya Archiell to the point.

"Aishhh, bukan siapa-siapa!" jengah Gabriell dengan pertanyaan yang sama terus mereka lontarkan.

"Jika hanya ingin bertanya siapa yang memukul ku, maka sebaiknya hentikan semua ini! Saya lelah" Gabriell bangkit dan berjalan menuju kamarnya.

Tanpa pikir panjang Archiell mengikuti sang abang dari belakang.

"Abang" panggil Archiell dari luar kamar, karena pintunya sudah dikunci dari dalam oleh Gabriell.

Archiel & Gabriello [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang