24. Hancur

6.6K 551 10
                                    

Asgara menatap lekat pintu dimana Archiell/Gabriell ditangani. Asgara merasa bahwa waktunya serasa berjalan sangat lambat, dia merasa seperti sudah menunggu dalam waktu yang sangat amat lama.

"Ayah, tenanglah papa sudah mengatasi adek. Kita percayakan saja sama papa oke" tegur Reza mencoba menenangkan sang ayah.

Baik Raymond, Reza, Raza, Calvino ataupun Angga, semuanya sangat khawatir. Rasa takut, gugup, dan sedih bercampur aduk, tapi mereka harus berusaha tegar. Ayah mereka sekarang benar-benar butuh penopang.

"Ayah takut kalau akan berpisah dari adik kalian, kalian ngga tau tadi adik kalian minta maaf ke ayah. Itu, itu buat ayah tidak bisa tenang" jelas Asgara akan kekhawatirannya.

"Boy, tenanglah Gevandra pasti bisa menangani Archiell" ucap Valle menenangkan sang putra.

"Ayah aku takut kejadian itu terulang lagi" khawatir Asgara.

"Kita berdoa saja, semoga itu tidak terjadi" sanggah Zevran.

"Dimana Gavendra?" tanya Valle yang tidak melihat sang putra sulungnya.

Semua hanya mengangkat bahu menandakan ketidak-tahuan mereka.

*****

Sementara itu dalam ruang bedah.

Gevandra sibuk mengeluarkan peluru yang bersarang didada sang putra.

"Sial! Aku punya banyak pengalaman mengatasi hal seperti ini, tapi kenapa sekarang aku begitu takut?" sesal Gevandra yang merasa takut jika dirinya gagal.

"Sayang, papa mohon bertahanlah. Papa mencoba yang terbaik" lanjut Gevandra.

Ditatapnya elektrokardiogram yang menunjukan denyut dan irama jantung Archiell yang mulai menurun. Kini pandangannya kembali pada gerakan tangannya yang lihai menggerakan alat-alat bedah di tubuh sang anak.

"Teruslah bersama papa, jangan menyerah papa mohon" mohon Gevandra lirih.

Tit... Tit... Tit...

Bunyi alat itu sebenarnya sangat mengganggu pendengaran Gevandra yang dalam keadaan genting, dia benar-benar ingin berkonsentrasi menangani sang anak, tapi Gavendra juga bersyukur karena benda itu masih berbunyi seperti biasanya. Hal itu menandakan jika sang putra masih bersamanya.

Setelah cukup lama Gevandra bergelut antara waktu dan alat-alat bedahnya, kini peluru berhasil dikeluarkan, dan pendarahan berhasil dihentikan Gevandra. Luka bekas belahan oleh pisau bedah yang digunakan Gevandra juga sudah ditangani.

Gevandra menghembuskan napas lega, ditatapnya wajah sang putra dalam. Matanya memicing memandangi respon tubuh Archiell, dahinya mengerut. Ditatapnya sekali lagi elektrokardiogram, matanya kini melotot tak percaya, denyut jantung Archiell terus melemah!

Gevandra mencoba meneliti kembali seluruh tubuh Archiell.

Deg!

Jantung Gevandra seolah terhenti, bagian luka bekas tembakan mulai membiru, bibir Archiell kian memucat bahkan hampir biru juga.

"Ckk racun itu lagi! Sialan! Bangsat!  benar-benar akan ku hancurkan kalian para bedebah!" pekik Asgara histeris. Ia benar-benar kacau.

Diambilnya pisau bedah, digoresnya sedikit dada mulus Archiell. Dihisapnya darah Archiell lalu dibuang, dihisap lagi dan dibuang lagi. Gevandra mengulangi hal itu terus berulang kali. Dia sadar, dia sudah sangat terlambat mengatasi racunnya tersebut. Ditambah racun tersebut tersebar cepat diarea jantung.

"Archiell, Gabriell tolong.... tolong, papa mohon teruslah bertahan, jangan menyerah" batin lirih Gevandra

Tit...tit...tiiiiiiitttttttttt......

Archiel & Gabriello [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang