19. Pulang

3.7K 365 70
                                    

Pagi tiba, mentari menunjukan eksistensinya, sinarnya perlahan masuk tanpa ijin kekamar seorang pria muda yang tengah tertidur pulas. Hangatnya menggelitik lembut mata cantik yang sedang terpejam memamerkan bulu mata lentiknya.

Enghhh...

Lenguhan halus lolos dari bibir cherry nya.

"Selamat pagi Gabriello" tegurnya pada diri sendiri.

Perlahan Gabirell duduk bersila di atas kasur dan merenggangkan badannya.

Krekk krekk krekk

Ahh begitu lega, seolah penat tubuhnya hilang sekejap. Gabriell berangsur turun dari kasur nya dan mengambil handuk, menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini, hari sabtu jadi Gabriell membersihkan diri hanya untuk menghilangkan bau badannya walaupun aslinya tetap harum.

Lima belas menit berlalu, Gabriell turun dengan bersiul gembira seolah tak mengijinkan aura negatif mendekatinya.

"Selamat pagi bang Brian" tegur Gabriell saat tak sengaja berpapasan dengan Brian yang sepertinya sedang tergesa-gesa.

"Ah selamat pagi juga tuan muda, apa kau sudah siap?" balas Brian, sambil mengambil kunci mobil yang dia letakan dimeja makan tadi.

Gabriell mengerutkan keningnya, seolah bertanya maksud dari Brian.

"Siap untuk apa? Hari ini kan sabtu, jadi sekolah libur jika abang lupa" jawab Gabriell sambil berlalu ke arah dapur.

"Hah? Pertanyaan mu benar-benar aneh" jengah Brian sambil menghembuskan napas lelah.

"Hari ini tepat satu hari tuan Valle dan yang lainnya dirawat, artinya mereka sudah dibolehkan pulang" jelas Brian.

Gabriell menghentikan langkahnya, ahh sungguh bodoh dirinya, dia benar-benar lupa akan hal penting ini.

"Ohh, ya sudah jemput saja sana. Aku ingin mencari udara segar untuk menyehatkan otak ku yang mulai kusut dengan perhara keluarga ini" jawab Gabriell acuh.

Brian sempat tertegun mendengar jawaban dari tuan mudanya ini, tapi dengan cepat juga dia menangkap situasi ini. Tuan mudanya masih marah terhadap ayah dan abang pertamanya.

"Baiklah tuan muda jika memang anda tidak ingin ikut menjemput ayah dan Keluarga anda yang lainnya, kalau begitu saya pamit" balas Brian acuh dan berlalu begitu saja keluar.

Hati Gabriell sakit seolah ditusuk jarum, berpikir apakah dia kejam jika seperti ini kepada ayahnya dan yang lain. Tidak ingin berlarut dalam pemikiran runyamnya, Gabriell menyambar kunci motor sport yang dibeli oleh keluarganya bersamaan dengan motor Anggara dan Archiell.

"Sebaiknya aku belanja saja sebelum mereka pulang, sebelum aku tidak bisa kemana-mana nanti. Sekaligus mencari udara segar sebelum terlibat dalam drama saat mereka pulang" gumam Gabriell pada diri sendiri seolah merasa miris dengan hidup nya.

Gabriell berlalu kearah garasi, dan berlalu meninggalkan mansion menggunakan motor sportnya yang sekarang sudah tidak dijadikan pajangan di garasi lagi.

Sedangkan Brian entah dengan kecepatan berapa km/jam dia sudah sampai dirumah sakit, disusul beberapa mobil hitam lainnya yang terparkir rapi didepan rumah sakit. Perlahan tapi pasti Brian menyusuri lorong rumah sakit menuju aula penampungan para korban perkelahian ditanah milik William Celviz, yang kita sebut dengan tragedi "Tanah William bodoh berdarah".

Julukan itu diberi Gabriell saat pulang dari rumah sakit bersama Brian semalam, dia memberikan nama tersebut karena menganggap William memang benar-benar bodoh, karena coba melawan keluarga Vallorand yang cukup dikenal dengan kebringasannya membunuh siapapun yang menganggu keluarga mereka.

Archiel & Gabriello [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang