10. Pabrik tua

3K 319 51
                                    

Setelah dibawanya Gabriell keruang bawah mansion, tempat Asgara biasa menyiksa tahanannya. Kini Para Vallorand tengah duduk berdiskusi diruang kerja Asgara, ditambah Zevran, Xavier, Brian, Rian, Jacob, dan Jevan.

Saat mendapat teror lemparan batu dan sebuah panah, Asgara langsung saja menelpon ayah dan abang-abangnya.

"Asgara, apa kau yakin dengan keputusan mu?" tanya Valle memulai pembicaraan

"Aku tau mana yang terbaik ayah! Sudah jangan bahas hal itu lagi. Sekarang Brian kau lacak dimana anak-anak ku berada!" tegas Asgara.

"Tuan, Gabriell belum berbicara apapun sedari tadi" balas Brian.

"Ckk, kau bisa lacak dari CCTV yang terdapat di area tempat kecelakaan!" geram Jacob.

"Diamlah! Dia tidak sebodoh itu, pasti dia sudah mencarinya terlebih dahulu tadi!" bentak Javen

"Huhhh, aku sudah berusaha meretasnya, tapi ada yang tidak beres. Semua rekamannya dihapus secara permanen, bahkan aku sudah berusaha untuk memulihkan nya tapi selalu gagal" jelas Brian.

Asgara mengeraskan rahangnya. Dirinya benar-benar kalut, keenam anaknya dalam bahaya sekarang dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Lacak handphone Reza dan Raza" sanggah Zevran.

"Aku juga sudah mencobanya, tapi titik nya berada di TKP" jelas Brian.

"Bagaimana bisa?" heran Gavendra.

"Sepertinya mereka sudah merencanakan semua kecelakaan ini dengan matang" sanggah Jayden.

"Satu-satunya cara adalah dengan membuat Gabriell berbicara" potong Raymond.

"Ray, jang-" Asgara menghentikan omongannya.

"Buat dia berbicara sebisa mu!" ucap Asgara datar.

Raymond segera meninggalkan ruangan kerja Asgara dan menuju ke ruang bawah mansion.

Gabriell membuka matanya saat tubuhnya disiram air oleh salah satu bodyguard Asgara. Raymond yang melihat Gabriell mengeraskan rahangnya, dia ingin sekali menembak satu peluru dan bersarang dikepala bodyguard itu.

"Adek" tegur Raymond lembut.

"Abang" lirih Gabriell

"Ngga papa? Atau ada yang sakit?" tanya Raymond lembut.

"Ughhh, tangan Gabi sakit bang" jawab Gabriell, dirinya seolah kembali mendapatkan harapan saat abangnya masuk dan bertutur kata lembut seperti ini.

Raymond mengelus lembut surai hitam Gabirell, dan ....

"Akhhhh, abang!" pekik Gabirell saat Raymond menarik rambut nya dan mencengkram dagunya.

"Cepat katakan dimana adek gua bangsat!" bentak Raymond

"Gabi ngga tau bang, Gabi benar-benar ngga tau" lirih Gabriell memohon kepada sang abang.

Sekali lagi harapan Gabriell pupus, dia seolah tidak diberikan kesempatan untuk berharap. Ketika dia bahagia, maka esoknya dia akan menderita.

Raymond geram melihat wajah babak belur Gabriell, dia mengambil pistol dari tempat senjata, dimana disana terdapat begitu banyak benda yang dapat digunakan untuk menyiksa musuhnya.

Dia menodongkan pistolnya pada Gabriell dan memasang wajah tanpa ekspresi, seolah-olah mati dan hidup nya Gabriell sama sekali tidak ada bedanya bagi seorang Raymond.

"Satu...." hitung Raymond.

"Bang, Gabi benaran ngga tau apa-apa!" gugup Gabriell.

"Dua..."

Archiel & Gabriello [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang