03

32K 2.2K 25
                                    

Happy Reading

Sahabat Elio dan Sabian terlihat bingung ketika mendengar jawaban Sabian yang mengatakan jika Elio adalah adiknya, karena setahu mereka ayah Sabian adalah seorang duda.

"Heh kulkas, yang bener aja lo, om Rama hamil ya?" tanya Keano dengan bodohnya. Dito yang berada di sebelah Keano lantas menjitak lelaki itu.

"Shhh...sakit dodol!" protes Keano.

"Ya lagian lo tuh kalau tolol jangan kebangetan lah, yakali laki-laki hamil, yang ada kelainan nohh..." ucap Dito.

"Ya kirain kan, ya habisnya si bos kagak ada angin kagak ada hujan tiba-tiba ngomong 'adek gue', kan kakanda ini jadi terkejut," balas Keano.

"Jelasin coba!" ucap Erlan.

"Malas," balas Sabian yang membuat teman-temannya ingin menonjok wajah datarnya itu.

"Anj...sabar...sabar, orang sabar pacarnya berdada besar," kata Erlan melantur.

Keano menepuk mulut Erlan dengan sedotan, "Congor lo.."

Erlan hanya cengengesan. Lelaki itu memutuskan untuk berkenalan dan bertanya kepada Elio daripada mendengarkan jawaban Sabian yang sangat-sangat tidak memuaskan.

"Halo manis, kenalan dulu dong, kenalin nama abang Erlan Januar Sanjaya, panggil aja abang Erlan," sapa Erlan kepada Elio. Elio mendongakkan kepalanya, mulutnya masih sibuk mengunyah nasi goreng.

"..A...khuww...Ewwyioo," balas Elio dengan suara tidak jelas.

"Ditelen dulu dek," tegur Sabian. Elio meringis kecil. Ia dengan cepat mengunyah makanannya dan menelan habis makanan di mulutnya.

"Halo bang, nama aku Elio Deanendra, panggil aja Lio," balas Elio.

"Hai Lio, kenalin nama abang Keano Raditya, panggil Keano atau Ken,"

"Hai Lio, nama abang Nandito Aldebaran, panggil abang Dito,"

Elio hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Ia kembali menyuapkan nasi goreng ke mulut kecilnya, sementara teman-teman barunya mulai memperkenalkan diri kepada Sabian dkk.

"Lio l..kamu beneran adiknya kak Sabian?" tanya Arlo yang juga menahan penasaran sedari tadi. Karena yang semua orang ketahui, Sabian adalah anak bungsu di keluarga Delion.

"Emm, nggak tahu," balas Elio tak acuh.

"Loh kok nggak tahu?" heran Cakra.

"Soalnya..." Elio menjelaskan semuanya dari awal, mulai dari ia yang menabrak Sabian hingga Sabian yang menyuruhnya untuk memanggil lelaki itu dengan embel-embel 'abang'.

"Ohh gitu..." Orang-orang di meja itu mengangguk paham, terutama sahabat Sabian. Menurut mereka Sabian adalah orang yang keras, sesuatu yang sudah menjadi keinginannya sebisa mungkin harus ia dapatkan.

Tapi di sisi lain sahabat Sabian juga merasa senang, karena berkat Elio, Sabian lebih banyak berekspresi hari ini. Mereka berharap Elio bisa menjadi penerang di hidup Sabian yang terlihat suram.

Sabian dulunya adalah sosok yang ceria dan ramah, namun semua itu berubah ketika ibu dan adiknya pergi untuk selama-lamanya. Kecelakaan yang dialami ibunya saat hamil besar, ternyata berhasil merenggut dua nyawa sekaligus. Adiknya yang masih berada di dalam kandungan ibunya tidak bisa diselamatkan karena benturan keras saat kecelakaan.

Akhirnya pasangan ibu dan anak itu harus pergi, meninggalkan duka mendalam di keluarga besar Delion. Dan sejak saat itu tak ada lagi Sabian yang ramah dan ceria, yang ada hanya Sabian, remaja dingin yang minim ekspresi dan minim kata. Sahabat Sabian berharap, Elio bisa membantu Sabian agar tidak terlarut dalam kesedihan.

ELIO [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang